Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak turun lebih dari 3% pada Kamis (26/9), setelah laporan media menyebutkan bahwa Arab Saudi, pengekspor minyak mentah terbesar dunia, bersiap untuk meninggalkan target harga dan meningkatkan produksi.
Hal ini juga terjadi ketika OPEC+ tampaknya siap menaikkan produksi pada bulan Desember.
Melansir Reuters, kontrak berjangka minyak mentah Brent turun US$2,26 atau 3,1% menjadi US$71,20 per barel.
Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun US$2,31 atau 3,3% menjadi US$67,38 per barel pada pukul 13:23 GMT.
Baca Juga: Harga Minyak Masih Tertekan Meski Suku Bunga Turun dan Ada Stimulus China
Arab Saudi dilaporkan akan meninggalkan target harga tidak resminya sebesar US$100 per barel seiring persiapan untuk meningkatkan produksi.
Laporan ini disampaikan oleh Financial Times, mengutip sumber yang akrab dengan masalah tersebut.
Sementara itu, dua sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok produsen tersebut akan melanjutkan rencana peningkatan produksi minyak pada bulan Desember.
Dengan dampak yang diperkirakan kecil jika beberapa anggota dapat melakukan pemotongan yang lebih besar sebagai kompensasi atas produksi berlebih yang terjadi pada bulan September dan bulan-bulan mendatang.
Baca Juga: Pasokan Berlebih dari Arab dan Libya, Harga Minyak Turun Tajam
Baik pemerintah Arab Saudi maupun OPEC belum memberikan tanggapan terkait laporan ini.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, telah memangkas produksi minyak untuk mendukung harga.
Namun, harga minyak tetap turun hampir 6% sepanjang tahun ini, karena peningkatan pasokan dari produsen lain, terutama Amerika Serikat, serta pertumbuhan permintaan yang lemah di China.
"Prospek peningkatan pasokan dari Libya dan Arab Saudi menjadi faktor utama penurunan terbaru ini," kata Ole Hansen, analis di Saxo Bank.
Pada hari Rabu (25/9), pernyataan PBB mengatakan bahwa delegasi dari wilayah timur dan barat Libya telah sepakat mengenai proses penunjukan gubernur bank sentral, langkah yang bisa membantu menyelesaikan krisis kontrol pendapatan minyak negara itu yang telah mengganggu ekspor.
Baca Juga: Harga Minyak Menguat Tipis di Pagi Ini (26/9), Simak Sentimen yang Menopangnya
Ekspor minyak mentah Libya rata-rata sekitar 400.000 barel per hari (bpd) pada September, turun dari lebih dari 1 juta bpd pada Agustus, menurut data pengiriman.
Namun, kerugian lebih lanjut terbatas berkat berita tentang paket stimulus baru dari China.
Pejabat pemerintah top di negara pengimpor minyak mentah terbesar dunia itu berjanji pada Kamis untuk menggelontorkan "belanja fiskal yang diperlukan" guna mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun ini sekitar 5%, meningkatkan ekspektasi pasar untuk stimulus baru selain langkah-langkah yang diumumkan pekan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News