Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah menguat di akhir pekan ini. Di pasar spot rupiah mendaki 0,26% ke Rp 15.484 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (22/12).
Selama sepekan, rupiah menguat tipis 0,06% dari Rp 15.493 pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu.
Sementara berdasarkan JISDOR Bank Indonesia, nilai tukar rupiah pada Jumat (22/12) ditutup di Rp 15.489, menguat 0,28% dari penutupan perdagangan hari sebelumnya di Rp 15.533. Sementara dibandingkan Jumat pekan lalu, rupiah menguat 0,09% dari level Rp 15.503 per dolar AS.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penguatan rupiah didorong oleh indeks dolar AS yang cenderung terus melemah dalam dua minggu terakhir. Dolar AS tertekan oleh menguatnya ekspektasi pasar terkait arah kebijakan moneter The Fed ke depan yang dinilai akan lebih dovish daripada sinyal yang diberikan oleh The Fed sendiri.
Pasar meyakini The Fed akan mulai menurunkan tingkat suku bunga acuannya lebih cepat atau pada kuartal I-2024. Data pada Kamis (21/12) malam menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal-III 2023 tidak sekuat yang sebelumnya diindikasikan.
Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Menguat 0,28% ke Rp 15.489 Per Dolar AS, Jumat (22/12)
Selain itu, jumlah warga AS yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran mengalami kenaikan dari minggu lalu. Para investor kini menantikan pengumuman data PCE Price Index AS pada Jumat (22/12) malam.
"Indikator tersebut lebih diperhatikan The Fed dalam mengukur tingkat inflasi AS sehingga cukup dapat menentukan prospek kebijakan moneter AS ke depannya," kata Josua saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (22/12).
Core PCE Price Index pada November 2023 diperkirakan akan turun menjadi 3,3% YoY, level terendah sejak 2021. Sementara itu, PCE Price Index pada November 2023 diperkirakan juga akan menurun dari 3,0% YoY menjadi 2,8% YoY.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi juga berpendapat, PCE Price Index diperkirakan akan menunjukkan kekakuan inflasi AS yang terus-menerus.
"Hal ini akan memberi The Fed lebih banyak dorongan untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama," ucap Ibrahim.
Di sisi lain, sedikit revisi ke bawah pada PDB AS kuartal ketiga 2023 membuat para trader menjadi lebih optimistis terhadap potensi penurunan suku bunga pada tahun 2024. Meskipun begitu, angka tersebut masih mencerminkan pertumbuhan yang kuat dalam perekonomian AS.
Dari dalam negeri Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyatakan optimistis terhadap outlook perekonomian Indonesia 2024. Menurutnya, Indonesia memiliki modal ekonomi dan politik.
Ada beberapa indikator ekonomi Indonesia yang membuat pertumbuhan ekonomi optimis di atas 5%. Misalnya, pertumbuhan ekonomi masih di kisaran 5% atau lebih tinggi dari rata-rata global yang hanya 2,9%. Kemudian, inflasi masih di angka 2,86% atau masih di bawa tingkat inflasi global 7,2%.
Baca Juga: Kurs Rupiah Spot Menguat 0,26% ke Rp 15.484 Per Dolar AS, Jumat (22/12)
Di samping itu, ada beberapa indikator lain menjadi alasan di balik optimisme pemerintah. Mulai dari naiknya tingkat penyerapan tenaga kerja nasional, yakni 4,5 juta orang dari Agustus 2022 ke Agustus 2023, PMI manufaktur di level ekspansif yakni 51,7, surplus neraca dagang 43 bulan berturut-turut, serta Indeks Keyakinan Konsumen November 2023 di angka 123,6.
Josua memprediksi, rupiah pada pekan depan berpotensi bergerak di kisaran Rp 15.400-Rp 15.550 per dolar. Sementara untuk perdagangan Senin (25/12), Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 15.460-Rp 15.560 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News