Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah melemah di akhir perdagangan pekan ini, Jumat (24/11). Belum adanya sinyal tegas soal arah suku bunga The Fed telah menimbulkan kekhawatiran di pasar.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, dolar terkonsolidasi di akhir perdagangan pekan ini, sejalan dengan pasar yang menunggu rilis PMI Amerika Serikat sebagai petunjuk lebih lanjut tentang prospek ekonomi AS.
Data manufaktur AS selanjutnya mempengaruhi ekspektasi pelaku pasar terkait timing penurunan suku bunga Federal Reserve.
Indeks dolar AS (DXY) saat ini diperdagangkan di level 103,74 atau melemah tipis 0,18% dibandingkan penutupan hari Kamis (23/11) kemarin. Sementara, imbal hasil obligasi AS naik di seluruh kurva pasca libur Thanksgiving dan menjelang sesi AS yang lebih pendek. Imbal hasil 10 tahun naik 5 bps ke 4,45%.
Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Menguat Tipis ke Rp 15.587 Per Dolar AS, Jumat (24/11)
Josua menuturkan, rupiah bergerak melemah secara mingguan terhadap dolar AS sejalan dengan penguatan dolar AS dalam tiga hari terakhir. Koreksi rupiah dipicu oleh ketidakpastian The Fed bakal lebih lunak terkait suku bunga acuan pada notulensi rapat FOMC November 2023 lalu.
“Belum dominannya stance dovish pada notulensi rapat FOMC November didukung oleh rilis data ekonomi AS yang masih solid,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (24/11).
Alhasil, rupiah spot ditutup pada posisi Rp 15.565 per dolar AS yang melemah sekitar 0,46% secara mingguan dan terkoreksi sekitar 0,08% secara harian pada Jumat (24/11).
Sementara, rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) ditutup pada level harga Rp 15.587 per dolar AS yang melemah sekitar 0,53% secara mingguan, namun menguat sekitar 0,03% secara harian.
Pengamat Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong melihat, posisi USD yang lebih tangguh setelah pernyataan yang lebih hawkish oleh The Fed dalam risalah FOMC. Dari internal, terdapat sentimen yang sebenarnya mendukung posisi nilai tukar rupiah.
Rupiah didukung sentimen defisit neraca transaksi berjalan atau current account yang lebih kecil dan juga pernyataan hawkish dari Gubernur BI dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 22 November – 23 November 2023.
“Sikap The Fed adalah faktor utama rupiah tertekan,” jelas Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (24/11).
Baca Juga: Kurs Rupiah Spot Melemah Tipis ke Rp 15.565 Per Dolar AS, Jumat (24/11)
Lukman memperkirakan, rupiah akan berkisar Rp 15.500 per dolar AS – Rp 15.700 per dolar AS di perdagangan pekan depan.
Sejumlah data ekonomi perlu diantisipasi selama pekan depan di antaranya data inflasi November Indonesia pada hari Jumat (1/12), data inflasi PCE AS pada hari Kamis (30/11), data manufaktur AS pada hari Jumat (30/11), serta data manufaktur dari China.
Kalau Josua melihat USD/IDR berpotensi akan bergerak dalam rentang Rp 15.550 per dolar AS – Rp 15.675 per dolar AS di pekan depan. Proyeksi tersebut sejalan dengan ekspektasi permintaan dolar AS pada akhir bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News