kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.905.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.394   46,00   0,28%
  • IDX 6.841   25,57   0,38%
  • KOMPAS100 990   5,01   0,51%
  • LQ45 767   4,13   0,54%
  • ISSI 217   0,58   0,27%
  • IDX30 399   2,48   0,62%
  • IDXHIDIV20 475   1,13   0,24%
  • IDX80 112   0,53   0,48%
  • IDXV30 115   0,15   0,13%
  • IDXQ30 131   0,64   0,49%

Menilik Prospek BUMN Karya yang Kinerjanya Kompak Melemah di Kuartal I 2025


Senin, 05 Mei 2025 / 06:03 WIB
Menilik Prospek BUMN Karya yang Kinerjanya Kompak Melemah di Kuartal I 2025
ILUSTRASI. Analis memberikan rekomendasi saham dan prospek untuk emiten BUMN Karya di tengah kinerja yang belum membaik di kuartal I-2025


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten BUMN Karya belum mampu bangkit di awal tahun 2025. Di mana, kinerja BUMN Karya kompak melemah di kuartal I-2025.

Lihat saja kinerja PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan PT PP Tbk (PTPP) yang kompak mengalami penurunan pendapatan dan laba bersih di kuartal I-2025.

ADHI mengantongi pendapatan usaha sebesar Rp 1,68 triliun per kuartal I 2025, turun 36,09% secara tahunan alias year on year (YoY) dari Rp 2,63 triliun di periode sama tahun lalu.

Alhasil, laba bersih ADHI pun turun 96,88% menjadi Rp 316,59 juta per kuartal I 2025.

Setali tiga uang, PTPP membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 3,50 triliun di kuartal I-2025, turun 23,93% YoY dari Rp 4,61 triliun per 31 Maret 2024.

Penurunan pendapatan ini juga membuat Laba bersih PTPP turun 37,22% YoY menjadi Rp 59,38 miliar di periode Januari-Maret 2025.

Corporate Secretary PTPP Joko Raharjo mengatakan, dalam pencapaian target 2025, perseroan akan fokus pada core business konstruksi. Per akhir Maret, PTPP mengantongi nilai kontrak baru Rp 6,275 triliun.

Baca Juga: Adhi Karya (ADHI) Bukukan Nilai Kontrak Baru Rp 2 Triliun per Kuartal I 2025

“PTPP akan terus menggali opportunity baru tidak hanya proyek dengan sumber dana APBN tapi juga swasta, serta akan mengevaluasi kembali unit bisnis sebagai langkah manajemen risiko yang baik,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (2/5).

Sementara, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) juga mengalami penurunan pendapatan dan menderita rugi bersih di kuartal I-2025.

WSKT mendapatkan pendapatan usaha sebesar Rp 1,35 triliun di kuartal I-2025, turun 37,80% YoY dari Rp 2,17 triliun di periode sama tahun lalu.

Di periode tersebut, WSKT juga cetak rugi bersih menjadi Rp 1,24 triliun per kuartal I 2025, naik 32,63% YoY dari rugi Rp 939,55 miliar pada periode sama tahun lalu.

Hal itu disebabkan WSKT menderita beban lain-lain bersih sebesar Rp 297,58 miliar per kuartal I 2025. Sebelumnya, WSKT mengantongi pendapatan lain-lain bersih Rp 159,53 miliar pada periode sama tahun lalu.

Pos bagian rugi bersih entitas asosiasi dan ventura bersama WSKT juga naik dari Rp 59,83 miliar pada kuartal I 2024 menjadi Rp 122,96 miliar pada kuartal I 2025.

Di sisi lain, WIKA cetak pendapatan bersih Rp 3,11 triliun per kuartal I-2025, turun 11,87% YoY dari Rp 3,53 triliun di periode Januari-Maret 2024.

Namun, WIKA berhasil memangkas rugi bersih menjadi Rp 780,17 miliar di kuartal I 2025, membaik dari rugi Rp 1,13 triliun yang dicetak pada kuartal I 2024.

Baca Juga: Adhi Karya (ADHI) Alokasikan Capex Rp 1,6 Triliun di Tahun 2025, Ini Kegunaannya

Sekretaris Perusahaan WIKA, Mahendra Vijaya mengatakan, kondisi ekonomi global dan sektor konstruksi yang menantang memberikan tekanan yang cukup besar terhadap industri konstruksi.

Hal itu pun turut mempengaruhi perolehan kontrak baru dan penjualan perseroan. WIKA meraih nilai kontrak baru sebesar Rp 2,16 triliun sepanjang kuartal I 2025.

“Namun di balik itu, program transformasi dan lean construction yang WIKA jalankan membuat operasional bisnis semakin efisien, ditambah juga upaya manajemen untuk terus menurunkan beban pendanaan,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (2/5).

Analis Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan mengatakan, meskipun beberapa emiten BUMN Karya mencatatkan pertumbuhan nilai kontrak baru, hal tersebut masih belum cukup untuk menopang kinerja keuangan mereka dalam jangka pendek.

Sebab, tekanan terbesar masih berasal dari tingginya beban keuangan dan efisiensi operasional yang belum optimal. “Hal itu menyebabkan kinerja bottom line tetap tertekan meskipun terdapat aktivitas proyek yang meningkat,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (2/5).

Ke depan, prospek sektor konstruksi BUMN diperkirakan akan membaik. Perbaikan didukung oleh dibukanya kembali blokir anggaran pemerintah untuk proyek infrastruktur strategis.

“Selain itu, pembentukan Danantara juga diharapkan memberikan dampak positif bagi BUMN Karya melalui konsolidasi aset, peningkatan efisiensi, dan tata kelola keuangan yang lebih terstruktur,” katanya.

Baca Juga: Melongok Rekomendasi Saham dan Prospek Kinerja PTPP di Tahun 2025

Ekky melihat, saham PTPP saat ini tengah mengalami retracement dalam jangka pendek, dengan area koreksi ke kisaran Rp 340 – Rp 350 per saham. Namun, jika harga menyentuh area tersebut dan muncul sinyal pembalikan arah secara teknikal, ada peluang kenaikan berlanjut menuju Rp 500 per saham.

Sementara, saham ADHI saat ini sudah mencapai target teknikal jangka pendek di Rp 300 per saham dan berpotensi mengalami koreksi minor. Namun, jika harga kembali membentuk pola pembalikan naik, potensi kelanjutan tren bullish dapat mendorong saham menuju Rp 340 per saham.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas melihat, penurunan kinerja BUMN Karya pada kuartal I 2025 disebabkan oleh pemangkasan anggaran infrastruktur, realisasi proyek yang lambat, dan nilai kontrak baru yang belum cukup menopang kinerja.

“Waktu eksekusi (proyek baru) panjang dan margin tipis,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (2/5).

Menurut Sukarno, pembentukan holding BUMN Karya dan tergabungnya mereka ke Danantara berpotensi memperbaiki efisiensi kinerja dan akses pendanaan jangka menengah-panjang. Namun, tantangan integrasi dan beban utang tetap menjadi risiko.

“Prospek ke depan bergantung pada keberhasilan restrukturisasi dan peran dalam proyek strategis nasional,” ungkapnya.

Secara keseluruhan, kinerja para emiten BUMN Karya bisa lebih baik seiring dibukanya anggaran untuk proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru-baru ini. selain itu, jika suku bunga berhasil turun, maka bisa berdampak positif untuk mengurangi beban bunga utang dan biaya.

 

Di sisi lain, pelemahan rupiah bisa membuat biaya material dan pembayaran utang valas menjadi meningkat.

“Emiten BUMN Karya yang bakal menjadi jawara adalah PTPP. Hal ini karena PTPP terlibat besar dalam proyek pembangunan IKN, serta memiliki backlog solid dan margin yang stabil,” katanya.

Sukarno pun merekomendasikan hold untuk ADHI dan PTPP dengan target harga masing-masing Rp 300 per saham dan Rp 440 per saham. Patokan support untuk ADHI di level Rp 268 per saham dan PTPP di Rp 370 per saham.

CEO Edvisor Profina Visindo, Praska Putrantyo menambahkan, walaupun ada raihan nilai kontrak per kuartal I 2025, tetapi beberapa sentimen yang sangat memengaruhi kinerja para emiten BUMN Karya. Seperti, pemangkasan anggaran untuk infrastruktur, belum terjaganya margin operasional, dan tingginya beban utang para emiten.

Ke depan, kinerja emiten BUMN Karya masih prospektif, khususnya setelah tergabung ke Danantara. “PTPP masih bisa dipantau dengan prospek yang lebih stabil juga dengan pencapaian kontrak baru di 2025,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (2/5).

Praska pun merekomendasikan trading buy untuk PTPP dengan target harga Rp 450 per saham.

Selanjutnya: Program MBG Bidik 20 Juta Penerima hingga Agustus

Menarik Dibaca: 7 Model Wallpaper untuk Rumah Modern Terbaru yang Disukai Desainer di 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×