Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Aset logam mulia seperti emas dan perak tetap menarik untuk dilirik, meskipun sempat berada dalam zona koreksi selama empat hari berturut-turut. Ini disokong oleh peningkatan tensi perang dagang China – Amerika Serikat (AS).
Melansir Reuters, harga emas spot pasca cetak rekor terbarunya sudah terkoreksi 4% ke US$ 3.039,18 per ons troi pada perdagangan Rabu pukul 17.47 GMT (9/4). Tapi angka ini sudah naik 15,8% sejak awal tahun 2025.
Sementara itu perak diperdagangkan US$ 30,3 per ons, menguat 1,54% dari perdagangan sebelumnya yang mendekati level terendah sejak awal tahun sebesar US$ 29,71 per ons.
Baca Juga: Masih Ada Potensi Bullish Emas & Perak Tahun Depan Karena Trump Memicu Ketidakpastian
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures, Nanang Wahyudin, mengamati, koreksi kemarin tidak terlepas dari pengaruh sentimen utama global. Pasca aksi serang tarif antaran China dan AS, kekhawatiran akan eskalasi perang dagang dan potensi perlambatan ekonomi global semakin meningkat.
Sekedar informasi, Presiden AS Donald Trump tak tanggung-tanggung membalas bentuk perlawanan China dengan mengumumkan kenaikan tarif sebesar 104% pada barang impor dari China, dan berlaku efektif mulai hari ini.
"Kondisi ini memang bisa menjadi katalis positif bagi aset safe heaven seperti emas, tetapi tetap saja, berkaca dari situasi saat ini, investor cenderung mengalihkan aset mereka ke bentuk tunai seperti mata uang Jepang dan Swiss yang unggul melampaui dolar AS," terang Nanang kepada Kontan.co.id, Rabu (09/4).
Menurut Nanang, momentum profit taking yang terus berlanjut juga turut memperpanjang koreksi harga emas, mengingat pekan lalu harga emas melesat tinggi hingga kembali mencetak rekor terbarunya di level US$ 3.166 per ons (02/4).
Baca Juga: Awal 2025, Harga Emas dan Perak Diproyeksi Naik Lebih Lambat Dipicu Sentimen Trump
Ditambah dengan kenaikan imbal hasil pada surat utang Pemerintah AS di seluruh tenor waktu kompak meningkat. Hal ini semakin menekan daya tarik aset yang tak memiliki imbal hasil seperti emas dan perak, karena investor lebih tertarik pada alternatif instrumen yang menawarkan bunga.
"Khusus perak, 50% dari permintaannya berasal dari sektor industri, termasuk elektronik, pannel surya, dan kendaraan listrik. Jadi, yang dikhawatirkan bukan hanya permintaan pada aset nya, tetapi juga pada permintaan industri untuk perak yang juga berkontribusi besar dalam menentukan harga ke depannya," jelas Nanang.
Meskipun begitu, Nanang tetap menaruh optimismenya pada aset logam industri, mengingat faktor eksternal global seperti ketegangan Timur Tengah dan eskalasi terbaru perang dagang masih terus berlangsung dan tidak ada tanda-tanda mereda dalam waktu dekat ini.
Presiden Komisioner International HFX Berjangka Sutopo Widodo juga memberikan pendapat senada. Situasi ini dinilai dapat memberikan dukungan pada harga logam mulia dalam jangka pendek. Ini dapat dilihat dari harga emas maupun perak yang rebound di perdagangan hari ini.
Selain itu, meningkatnya ekspektasi inflasi AS yang dipicu oleh sengketa perdagangan juga mendorong permintaan terhadap logam-logam berharga ini, mengingat keduanya secara tradisional dianggap sebagai pelindung nilai terhadap penurunan nilai mata uang.
"Di samping itu, pembelian yang terus dilakukan oleh Bank Sentral di seluruh dunia dapat memberikan landasan bagi harga emas. Tetapi secara keseluruhan prospeknya memang memberikan gambaran yang beragam," ujar Sutopo kepada Kontan.co.id, Rabu (09/4).
Baca Juga: Sebulan Harga Emas Antam Naik 5,15 Persen, Hari Ini Merlompat Lagi (9 April 2025)
Dalam keterangannya, Sutopo menambahkan, potensi untuk menguat ataupun koreksi sangat terbuka, tergantung pada perkembangan kondisi ekonomi global dan situasi geopolitik yang terjadi.
Koreksi yang terjadi kemarin salah satunya disebabkan oleh aksi jual untuk menutupi kerugian serta margin call pada aset berisiko, mengingat fluktuasi pasar yang lebih luas dan perkembangan geopolitik yang semakin memanas, maka tidak menutup kemungkinan aset yang dinilai berisiko dan sensitif terhadap perkembangan pasar pun terancam merugi.
Sutopo menghimbau kepada investor yang hendak memasuki pasar untuk mengadopsi pedekatan "wait and see" sambil memantau indikator utama seperti trend inflasi, kebijakan suku bunga, dan perkembangan geopolitik.
"Diversifikasi portofolio juga dianjurkan untuk mengurangi risiko, dengan logam mulai berfungsi sebagai bantalan terhadap volatilitas pasar, dan menyeimbangkannya dengan kelas aset lain seperti ekuitas, obligasi, atau properti," himbau Sutopo.
Baca Juga: Cuan 24,58% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melonjak (9 April 2025)
Dalam analisisnya, Sutopo memperkirakan, harga emas akan bergerak dikisaran US$ 3.000 per ons troi – US$ 3.275 per ons troi hingga akhir tahun 2025. Sementara untuk perak akan bergerak dikisaran US$ 48.00 per ons – US$ 50.00 per ons, dengan skenario bullish yang didorong oleh permintaan industri dan harapan inflasi.
Sementara itu, Nanang memproyeksikan harga emas akan bergerak dikisaran US$ 3.200 per ons troi – US$ 3.300 per ons troi. Sedangkan perak memiliki potensi kembali berbalik naik dikisaran US$ 31.00 per ons – US$ 35.00 per ons.
"Untuk saat ini, titik support emas berada di level US$ 2.950 per ons troi, ini sangat terbuka untuk rebound kembali ke US$ 3.025 per ons troi hingga US$ 3.050 per ons troi. Apabila penutupan di atas US$ 3.050, maka memudahkan kenaikan lanjutan menuju US$ 3.100 per ons troi. Sementara untuk perak, support kuat berada pada US$ 28.50 per ons, apabila ini dipertahankan maka bisa kembali berada di atas US$ 30.00 per ons," tutup Nanang.
Selanjutnya: Rupiah Terus Melemah, BNI Belum Liat Ada Lonjakan Jual-Beli Dolar AS
Menarik Dibaca: Waspada Hujan Petir di Jogja, Intip Ramalan Cuaca Besok di Wilayah DIY
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News