Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga emas bertahan mendekati level tertinggi sepanjang masa pada Selasa (25/2), karena kekhawatiran akan perang dagang dan ketidakstabilan di tengah rencana tarif Presiden AS Donald Trump mendorong arus masuk safe haven.
Mengutip Reuters, harga emas spot turun 0,4% menjadi US$ 2.938,63 per ons pada pukul 11.25 GMT, setelah mencapai US$ 2.956,15 pada Senin (24/2), rekor tertinggi kesebelas tahun ini.
Harga emas berjangka AS turun 0,3% menjadi US$ 2.953,30.
"Saya akan menyebutnya sebagai lingkungan perdagangan yang beragam dalam logam mulia, didorong oleh ketidakpastian apakah dan tarif apa yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump saat kita mendekati akhir bulan," kata analis UBS Giovanni Staunovo.
Baca Juga: Simak Proyeksi Harga Emas Setelah Cetak Rekor Tertinggi
Trump mengatakan pada hari Senin bahwa tarif impor Kanada dan Meksiko tepat waktu dan sesuai jadwal meskipun ada upaya oleh negara-negara tersebut untuk meningkatkan keamanan perbatasan dan menghentikan aliran fentanil ke AS menjelang batas waktu 4 Maret.
"Meksiko dan Kanada adalah produsen tambang emas dan perak yang besar, jadi jika kedua logam tersebut tidak dikecualikan, kemungkinan akan terjadi pelebaran lebih lanjut dari selisih harga antara AS dan London," kata Staunovo.
Kekhawatiran akan perang dagang yang membayangi, yang dipicu oleh strategi tarif Trump, telah membuat emas sebagai aset safe haven melonjak melampaui ambang batas historis US$ 2.950/oz.
Baca Juga: Harga Emas Antam Naik Rp 2.000 Menjadi Rp 1.707.000 Per Gram pada Hari Ini (25/2)
Sementara itu, investor dan ekonom memperkirakan Federal Reserve AS akan merespons perubahan inflasi dan pasar tenaga kerja dengan kuat dan sistematis, menurut penelitian yang diterbitkan pada hari Senin oleh Fed San Francisco yang menggarisbawahi sensitivitas pasar keuangan saat ini terhadap data ekonomi AS.
Inflasi yang lebih tinggi dapat memaksa Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi, sehingga menodai daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Investor kini menunggu rilis laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi AS pada hari Jumat, pengukur inflasi pilihan Fed, untuk wawasan tentang jalur pelonggaran suku bunga dan kebijakan moneter bank sentral.
Selanjutnya: FTSE Lakukan Rebalancing Indeks, Ini Saham yang Diuntungkan dan Dirugikan
Menarik Dibaca: Dukung Pengelolaan Sampah, Beiersdorf Gelar Program Peduli Diri dan Lingkungan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News