kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.929.000   -9.000   -0,46%
  • USD/IDR 16.295   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Kinerja Sejumlah Emiten Grup Sinarmas Lesu, Simak Rekomendasi Analis


Rabu, 04 Juni 2025 / 05:15 WIB
Kinerja Sejumlah Emiten Grup Sinarmas Lesu, Simak Rekomendasi Analis
ILUSTRASI. Kinerja sejumlah emiten Grup Sinarmas tercatat masih lesu, tapi potensi perbaikan terbuka di sisa tahun 2025, meskipun tidak terlalu lebar.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sejumlah emiten Grup Sinarmas tercatat masih lesu. Meskipun begitu, potensi perbaikan kinerja masih terbuka di sisa tahun 2025, meskipun tidak terlalu lebar.

Mayoritas kinerja emiten Grup Sinarmas turun di tiga bulan pertama tahun 2025. 

PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) misalnya mencatatkan laba bersih Rp 320,62 miliar per kuartal I 2025, turun signifikan dibandingkan periode sama tahun 2024 yang sebesar Rp 1,44 triliun.

Pendapatan usaha BSDE juga turun 28,44% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 2,7 triliun pada akhir Maret 2025, dari sebelumnya sebesar Rp 3,77 triliun per kuartal I 2024.

Baca Juga: Kinerja Emiten Grup Sinarmas Masih Lesu, Cermati Rekomendasi Sahamnya

Kemudian, PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) mencatatkan pendapatan usaha Rp 508 miliar per kuartal. 2025, turun 7,5% yoy. Laba bersih DMAS Rp 355,5 miliar dengan marjin laba bersih sekitar 70%.

PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) mencatatkan penurunan laba bersih hingga 21,72% pada kuartal I 2025, dari US$ 102,83 juta menjadi US$ 80,5 juta. Pendapatan usaha tercatat sebesar US$ 737,55 juta, berkurang 7,43% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni US$ 796,78 juta. 

PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) berhasil membukukan laba bersih sebesar US$ 140,11 juta pada kuartal I 2025, naik 7,16% yoy. Namun, pendapatan total turun 3% yoy per akhir Maret 2025.

PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) membukukan kenaikan pendapatan ke Rp 21,15 triliun per 31 Maret 2025, dari sebelumnya Rp 17,88 triliun per Maret 2024. Namun, laba bersih turun menjadi Rp 134,23 miliar per kuartal I 2025, dari sebelumnya Rp 177,86 miliar per kuartal I 2024.

 

Analis Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan mengatakan, penurunan kinerja emiten-emiten dalam Grup Sinarmas pada kuartal pertama tahun ini sebagian besar disebabkan oleh tekanan sektoral dan faktor makroekonomi.

Untuk emiten properti, seperti BSDE dan DMAS, kinerja tertekan oleh lemahnya permintaan di awal tahun yang memperlambat realisasi pendapatan prapenjualan alias marketing sales. 

Baca Juga: Simak Kinerja Emiten Grup Sinarmas dan Prospeknya di Tahun 2025

“Di sisi lain, peningkatan beban operasional dan biaya bunga turut memberikan tekanan tambahan pada profitabilitas mereka,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (3/6).

Sementara itu, penurunan kinerja DSSA dipengaruhi langsung oleh melemahnya harga batubara global yang menekan pendapatan dan laba bersih. 

Untuk INKP, meskipun berhasil tetap mencatatkan laba, perusahaan terdampak oleh penurunan harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) produk pulp dan kertas. 

“SMAR juga mencatatkan pertumbuhan pendapatan didukung oleh stabilnya harga crude palm oil (CPO),” katanya.

Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT) Indri Liftiany menyampaikan, penurunan kinerja emiten Grup Sinarmas disebabkan beberapa faktor.

Untuk BSDE, penurunan pendapatan dan laba bersih yang cukup tajam disebabkan oleh adanya penyesuaian pasar usai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Ini mengingat kondisi ekonomi nasional pada kuartal I 2025 memiliki tantangan yang cukup berat.

Baca Juga: Kinerja Emiten Grup Adaro Melemah, Simak Rekomendasi Sahamnya

Meskipun secara tahunan DMAS menunjukkan kinerja negatif, namun kinerja secara kuartalan DMAS menunjukkan hasil yang positif. Sebab, pendapatan bertumbuh 48,1% secara kuartalan (qoq) dan laba bersih tumbuh sebesar 68,9% qoq. 

“Tercatat, segmen data center menjadi penopang utama dalam pendapatan DMAS,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (3/6).

Lalu, kinerja DSSA dipengaruhi oleh bisnis pertambangannya yang memiliki proporsi sebesar 92% dari total pendapatan konsolidasinya. 

“Sementara, INKP mencatatkan penurunan pendapatan turun tetapi mencatatkan kenaikan laba bersih karena disebabkan oleh pendapatan lain-lain dan juga selisih nilai kurs,” paparnya.

Prospek dan Rekomendasi 

Memasuki kuartal kedua, Ekky melihat, prospek pemulihan kinerja beberapa emiten Grup Sinarmas cukup terbuka. 

BSDE dan DMAS berpotensi diuntungkan oleh peningkatan permintaan properti, terutama bila suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) mulai menurun. 

DSSA juga berpeluang mengalami perbaikan seiring membaiknya harga batu bara. 

Menurut Ekky,  proses delisting Sinarmas Land dari Bursa Singapura pun tidak akan berdampak langsung terhadap emiten-emiten Grup Sinarmas yang tercatat di BEI.

“Namun langkah ini menunjukkan adanya konsolidasi strategi dan efisiensi struktur organisasi grup secara keseluruhan,” ungkapnya.

Baca Juga: Ada Blue Chip, Cek Rekomendasi Saham Pilihan untuk Perdagangan Senin (2/6)

Secara valuasi saham, beberapa emiten Grup Sinarmas, seperti BSDE dan INKP, diperdagangkan dengan price to earning (PER) dan price to book value (PBV) yang berada di bawah rata-rata sektor. Ini mencerminkan tekanan pada kinerja jangka pendek mereka.

Namun, bila katalis positif, seperti pemulihan ekonomi domestik dan stimulus fiskal pemerintah terealisasi, harga saham-saham ini berpotensi mengalami perbaikan dan mencerminkan prospek fundamental jangka menengah hingga panjang yang lebih baik.

Ekky pun merekomendasikan akumulasi untuk saham BSDE lantaran valuasinya yang menarik dan potensi pemulihan sektor properti. Target harga terdekat berada di Rp 1.000 – Rp 1.020 per saham, dengan potensi lanjutan menuju Rp 1.200 – Rp 1.250 per saham jika tren positif berlanjut. 

 

Selain itu, INKP juga menarik dari sisi teknikal, dengan momentum bullish yang sedang terbentuk. Target jangka pendek berada di Rp 6.900 – Rp 7.000 per saham. 

“INKP juga berpotensi kembali ke Rp 8.300 per saham jika permintaan global membaik dan ekspansi pabrik baru berjalan efisien,” paparnya.

Indri melihat, secara garis besar, masing-masing emiten memiliki segmen bisnis penopang masing-masing. 

Misalnya, BSDE yang pendapatannya ditopang oleh segmen penyewaan dan pengelolaan gedung, kemudian DMAS yang didukung oleh sektor industri. DSSA didukung oleh bisnis pertambangan dan INKP ditopang oleh bisnis utamanya yakni segmen produksi kertas. 

“Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi masing-masing sektor tersebut, baik dari sisi internal perusahaan maupun eksternal perusahaan,” katanya.

Jika dilihat dari kacamata yang lebih luas, banyaknya ketidakpastian mengenai pergerakan ekonomi saat ini akan menjadi faktor penghambat bagi emiten-emiten untuk menghasilkan keuntungan. 

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Citra Marga (CMNP) yang Bakal Rights Issue 2,23 Miliar

Namun, jika dilihat secara lebih spesifik, pada bulan Mei lalu, BI baru saja menurunkan tingkat suku bunga acuan, yang bisa menjadi salah satu katalis positif bagi perusahaan. Sebab, beban bunga atas pinjaman perusahaan ke bank juga akan ikut turun, sehingga dapat memperbesar potensi mendapatkan keuntungan yang lebih banyak.

Secara garis besar, pergerakan harga saham dari Sinarmas Grup ini masih berada dalam posisi yang cukup menarik. Misalnya, saham DSSA dan INKP yang masih dalam posisi strong uptrend, serta BSDE dan DMAS yang saat ini tengah berada dalam konsolidasi kuat. 

“Secara teknikal, emiten-emiten tersebut masih membuka peluang besar untuk bisa menguat dalam beberapa waktu ke depan,” paparnya.

Menurut Indri, INKP layak untuk dipantau karena secara prospek bisnis. Sebab, INKP baru saja membuat pabrik baru di daerah kawasan industri di Karawang yang akan membuka peluang lebih besar kepada perseroan untuk bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar. 

Di sisi lain, melihat dari kinerja emiten pada kuartal I yang masih mencatatkan laba bersih yang tumbuh positif, menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengelola bisnis usahanya dengan baik. 

“Ada pun dari teknikalnya, yang terlihat bahwa INKP masih berada dalam posisi uptrend dengan candlestick masih bertahan diatas garis EMA5,” paparnya.

Indry merekomendasikan buy on pullback untuk INKP dengan enty level di Rp 6.050 - Rp 6.150 per saham dan target harga Rp 6.500 per saham. Investor bisa stoploss jika saham INKP turun ke Rp 5.800 per saham.

Baca Juga: Bisnis Pembiayaan dan Emas Tumbuh, Cermati Rekomendasi Saham BRIS

Head of Equity Research, Liza Camelia Suryanata mengatakan, kuartal II kemungkinan masih berat untuk sektor properti dan batubara. Namun, ada potensi perbaikan di kuartal III dan IV seiring turunnya suku bunga dan potensi stimulus konsumsi serta belanja modal pemerintah.

Segmen energi terbarukan dan pulp & paper yang terdiversifikasi bisa menjadi tumpuan. Sehingga, INKP dan DSSA punya posisi cukup solid untuk rebound lebih cepat dibanding emiten properti.

Di sisi lain, delisting Sinarmas Land Ltd di Singapura kemungkinan tidak berdampak langsung terhadap kinerja BSDE maupun entitas lain Grup Sinarmas di BEI, namun menjadi sinyal strategi korporasi untuk konsolidasi dan efisiensi struktur grup.

“Bisa jadi katalis jika langkah ini mengarah pada peningkatan fokus bisnis domestik,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (3/6).

Sentimen positif berasal dari penurunan BI rate, potensi stimulus properti, rebound harga batubara dan CPO di semester II 2025, serta konsolidasi korporasi dan potensi aksi korporasi

Sementara, sentimen negatif berasal dari volatilitas harga komoditas global, perlambatan ekonomi China sebagai pasar ekspor utama, serta ketidakpastian fiskal pasca transisi pemerintahan.

Kalau dilihat dari kinerja saham, BSDE dan DMAS relatif undervalued secara valuasi dengan PBV di bawah 0,7x, tapi tekanan pendapatan membuat sahamnya sideways. Market juga tampaknya belum terlalu agresif pada sektor properti kecuali ada katalis kuat.

Saham INKP masih dihargai konservatif dengan PBV sekitar 0,5x, padahal secara struktural perusahaan punya daya tahan cukup kuat.

Sementara, saham SMAR mulai mendapat perhatian seiring pemulihan harga CPO. Namun harga saham SMAR belum mencerminkan perbaikan kinerja secara penuh.

“Saham DSSA sudah terkoreksi dalam sejak puncak batubara, tapi bisa menjadi kandidat recovery di paruh kedua 2025,” tuturnya.

Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Emiten BUMN Karya di Tengah Upaya Bayar Utang

Liza pun merekomendasikan beli untuk INKP dengan target harga Rp 7.200 per saham. Alasannya, valuasi INKP yang rendah, potensi pemulihann harga pulp, dan kinerja yang stabil. “Tapi agak kurangi posisi karena limited upside potential dalam tren turun jangka panjang,” katanya.

 

Rekomendasi speculative buy disematkan untuk BSDE dan SMAR dengan target harga masing-masing Rp 1.000 - Rp 1.100 per saham dan Rp 3.900 - Rp 4.000 per saham.

Alasan untuk BSDE adalah nilai bersih aset yang besar dan sahamnya undervalued, meskipun masih butuh katalis makro. Sementara, alasan untuk SMAR adalah pemulihan harga CPO, efisiensi kinerja, dan margin yang mulai membaik.

Selanjutnya: Diskon Rp 10 Juta, Harga Suzuki Fronx Jauh Lebih Murah Dari Raize Rocky Alves WR-V

Menarik Dibaca: Simak Jadwal KRL Solo-Jogja pada Rabu 4 Juni 2025 Tujuan Yogyakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×