Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Laba bersih PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) pada kuartal pertama tahun ini menurun, sejalan dengan pendapatannya yang lesu. Kendati begitu, saham SMRA tetap menarik untuk dicermati.
Awal tahun ini tak cukup mulus bagi SMRA. Laba bersih perseroan pada tiga bulan pertama hanya sebesar Rp 238 miliar, turun sekitar 46% secara tahunan (yoy) dan 45,8% secara kuartalan (qoq).
Muasal menurunnya cetakan laba bersih SMRA ini adalah banyaknya penjualan unit yang belum serah terima dengan pembeli, sehingga pendapatan dari penjualannya belum tercatat dalam kinerja keuangan perseroan.
Nah, penjualan properti yang sudah dicatat dalam periode tersebut baru Rp 1,33 triliun. Secara tahunan, angka itu turun 7,6%. Secara kuartalan, penurunannya malah mencapai 41,2%.
Jadilah, total pendapatan dalam periode ini turun 1,4% secara tahunan dan 31,7% secara kuartalan menjadi Rp 2,10 triliun. Pendapatan dalam periode ini lebih banyak ditopang oleh pendapatan berulang yang tumbuh 11,4% secara tahunan, yakni sebesar Rp 771 miliar. Meskipun, secara kuartalan angka tersebut juga turun 5,3%.
Baca Juga: Insentif Pajak Pacu Penjualan Summarecon Agung (SMRA)
Memang, banyak serah terima yang belum sempat dijalankan akibat sejumlah periode libur panjang pada kuartal I 2025. Gara-gara itu, Analis Ciptadana Sekuritas Asia Yasmin Soulisa tak jadi memasang target tinggi untuk pengakuan penjualan properti SMRA sepanjang tahun ini.
“Kami merevisi estimasi pengakuan penjualan properti di sepanjang 2025 menjadi Rp 4,70 triliun, dari sebelumnya sekitar Rp 7 triliun, mengantisipasi laju serah terima yang lebih lambat,” sebut Yasmin dalam riset 6 Mei 2025.
Kendati begitu, Yasmin menilai kinerja keuangan perseroan masih cenderung positif. Pasalnya, per Maret 2025, stok siap pakai SMRA berjumlah sudah turun 8,7% secara tahunan ke Rp 581 miliar. Sebesar Rp 95 miliar di antaranya sudah tercakup dalam perjanjian jual beli atau sejenisnya.
Dus, selama kuartal I 2025, SMRA sudah mencatat marketing sales alias penjualan pemasaran sebesar Rp 877 miliar. Secara tahunan, angka itu menunjukkan peningkatan 8,3%.
Lagipula, SMRA saat ini tengah menggarap proyek pengembangan senilai lebih dari Rp 10 triliun. Kata Yasmin, itu dapat mendukung pertumbuhan penjualan pemasaran yang berkelanjutan.
Yasmin sendiri masih mempertahankan rating buy untuk saham SMRA, dengan target harga yang diturunkan dari sebelumnya Rp 850 per saham menjadi Rp 730 per saham. Ini menyusul proyeksi laba tahunan 2025 yang juga diturunkan jadi hanya sebesar Rp 977 miliar.
Baca Juga: Saham-Saham Ini Paling Banyak Diborong Asing Kemarin, Selasa (6/5)
Selanjutnya: Apakah Kentang Bagus untuk Diet Menurunkan Berat Badan? Ini Faktanya
Menarik Dibaca: Apakah Kentang Bagus untuk Diet Menurunkan Berat Badan? Ini Faktanya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News