kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.707.000   -1.000   -0,06%
  • USD/IDR 16.310   25,00   0,15%
  • IDX 6.803   14,96   0,22%
  • KOMPAS100 1.005   -3,16   -0,31%
  • LQ45 777   -4,08   -0,52%
  • ISSI 212   1,22   0,58%
  • IDX30 402   -2,62   -0,65%
  • IDXHIDIV20 484   -3,58   -0,73%
  • IDX80 114   -0,52   -0,46%
  • IDXV30 119   -0,94   -0,79%
  • IDXQ30 132   -0,40   -0,30%

Saham Emiten Kesehatan Tertekan, Simak Rekomendasi Analis


Jumat, 21 Februari 2025 / 08:18 WIB
Saham Emiten Kesehatan Tertekan, Simak Rekomendasi Analis
ILUSTRASI. RS Hermina PT Medikaloka Hermina Tbk HEAL. Analis menilai penurunan indeks sektor kesehatan karena selama ini harga sahamnya sudah premium dan dilanda aksi profit taking.


Reporter: Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks kesehatan atau IDX Healthcare terus melemah, tercatat turun 5,69% secara year to date (YTD) ke level 1.373,66 pada akhir perdagangan Kamis (20/2).

Penurunan indeks ini juga sejalan dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun 4,12% secara year to date.

Jika dirinci, sejumlah emiten di sektor kesehatan tengah mengalami penurunan harga saham.

Misalnya, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) turun 11,03% ytd, PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) melemah 9,88% ytd, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), terjun 4,33% dan PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) ambles 13,8%.

Baca Juga: Saham Emiten Konglomerat Ambruk, Cermati Rekomendasi Analis

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menerangkan penurunan indeks sektor ini kemungkinan besar disebabkan oleh rotasi sektor serta tekanan yang terjadi secara menyeluruh di IHSG, yang turut menyeret pergerakan saham-saham kesehatan.

Secara valuasi, saham-saham di sektor kesehatan seperti KLBF, MIKA, HEAL, dan SILO memang cukup premium, sementara pertumbuhan kinerja belum seagresif kenaikan harga sahamnya sebelumnya. 

"Hal ini membuat saham-saham tersebut rentan terkena aksi profit taking di tengah kondisi pasar yang kurang kondusif," ucap Ekky kepada Kontan, Kamis (20/2).

Meskipun ada sentimen cek kesehatan gratis dari pemerintah, dampaknya terhadap emiten kesehatan terbilang minim. Program ini lebih bersifat sosial dan tidak secara langsung meningkatkan pendapatan perusahaan di sektor kesehatan.

"Melihat kondisi saat ini, menurut saya sektor kesehatan masih lebih baik untuk wait and see, sambil menunggu momentum yang lebih kuat untuk masuk," papar Ekky.

Baca Juga: Investor Asing Getol Lepas Saham Big Cap Perbankan, Simak Rekomendasi Analis

Ekky menyarankan entry saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) di harga Rp 580-Rp 610 per saham, dengan target harga terdekat di Rp 640-Rp 650 per saham.

Sementara itu, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Imam Gunadi menyampaikan penurunan yang terjadi pada sektor kesehatan merupakan proses normalisasi harga saham pasca pandemi Covid-19. 

 

"Selama pandemi, permintaan terhadap layanan kesehatan dan alat medis meningkat tajam, mendorong kinerja positif emiten di sektor ini bahkan saham hingga ditransaksikan di harga yang cukup premium," ujar Imam kepada Kontan, Kamis (20/2).

Seiring meredanya pandemi dan penurunan kasus COVID-19, kebutuhan akan layanan dan produk kesehatan kembali ke tingkat normal, yang berdampak pada penurunan pendapatan beberapa perusahaan di sektor ini dan berimplikasi pada normalisasi harga sahamnya. 

Selain itu, sektor farmasi di Indonesia banyak bergantung pada impor bahan baku. Penguatan dolar Amerika Serikat dapat meningkatkan biaya impor, yang pada gilirannya dapat menekan margin keuntungan perusahaan dan mempengaruhi harga sahamnya.

Baca Juga: Saham Perbankan Mulai Bergirah, Simak Rekomendasi Analis

Imam menambahkan adanya program cek kesehatan gratis berpotensi menjadi sentimen positif bagi emiten yang bergerak di sektor kesehatan. 

Misalnya jika ada warga yang melakukan tes kesehatan membutuhkan vitamin, bisa saja yang menyuplai dari emiten farmasi yang listed, atau ada orang yang melakukan tes kesehatan namun ternyata malah harus dirujuk karena hal tertentu ke rumah sakit, jadi emiten rumah sakit juga akan terdampak positif. 

Secara umum, program ini sebenarnya bagus untuk sektor kesehatan, namun bagaimana implikasi pada kinerja perusahaan, perlu menunggu terlebih dahulu minimal di kuartal II-2025 atau kuartal III-2025 untuk melihat implikasinya pada kinerja perusahaan.

Imam juga menjelaskan selama masih tinggi ketidakpastian atas inflasi dan suku bunga yang mengakibatkan rupiah tertekan, investor sebaiknya mengambil keputusan untuk wait and see

"Investor dapat berinvestasi dulu pada instrumen yang rendah risiko seperti reksa dana pasar uang sambil menunggu katalis positif di pasar," tutup Imam.

Selanjutnya: Astra Agro Lestari (AALI) Bukukan Laba Bersih Rp 1,14 Triliun Sepanjang 2024

Menarik Dibaca: Kesalahan yang Dihindari Saat Wawancara Kerja Agar Peluang Diterima Lebih Besar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×