kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.606.000   -1.000   -0,06%
  • USD/IDR 16.265   -85,00   -0,53%
  • IDX 7.073   -92,58   -1,29%
  • KOMPAS100 1.039   -16,65   -1,58%
  • LQ45 818   -13,93   -1,67%
  • ISSI 212   -2,57   -1,20%
  • IDX30 421   -5,97   -1,40%
  • IDXHIDIV20 506   -5,92   -1,16%
  • IDX80 118   -2,08   -1,73%
  • IDXV30 121   -1,72   -1,40%
  • IDXQ30 139   -1,80   -1,29%

Cermati Prospek Emiten Poultry di 2025 dan Rekomendasi Analis


Kamis, 30 Januari 2025 / 18:13 WIB
Cermati Prospek Emiten Poultry di 2025 dan Rekomendasi Analis
ILUSTRASI. Mayoritas pergerakan harga saham emiten unggas dalam setahun terakhir menunjukkan kinerja yang positif, cek rekomendasi analis.


Reporter: Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas pergerakan harga saham emiten unggas dalam setahun terakhir menunjukkan kinerja yang positif. Kinerja pada 2025 pun juga diperkirakan tetap menjanjikan.

Misalnya, saham PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA) ditutup pada level Rp 2.000 per saham pada Kamis (30/1). Dalam setahun terakhir, saham JPFA telah meningkat 68,07%, mendorong kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 23,45 triliun.

Sementara itu, saham PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) tercatat berada di level Rp 790 per saham, mengalami kenaikan 49,06% dalam setahun belakangan, dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 1,77 triliun.

Baca Juga: Intip Prospek Emiten Poultry hingga Akhir Tahun dan Cek Rekomendasi Sahamnya

Di sisi lain, saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) berada di level Rp 4.620 per saham, mengalami penurunan sebesar 8,06% dalam satu tahun terakhir dengan kapitalisasi pasar yang mencapai Rp 75,76 triliun.

Equity Analyst Indo Premier Sekuritas, Imam Gunadi, mengungkapkan bahwa harga poultry global (CFD) mengalami kenaikan sebesar 14% secara tahunan. Ada beberapa faktor utama yang berkontribusi pada kenaikan harga ini, sehingga turut berimbas positif pada saham-saham poultry.

Pertama, wabah flu burung yang sangat patogen telah menyebabkan pemusnahan jutaan unggas di berbagai negara.

Di Amerika Serikat, lebih dari 100 juta ayam dimusnahkan untuk menekan penyebaran penyakit ini, yang secara signifikan mengurangi populasi ayam petelur dan meningkatkan harga telur hingga 65% pada tahun 2024.

Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Emiten Poultry dari Analis Berikut

Kedua, fluktuasi harga bahan baku pakan, seperti jagung dan kedelai berdampak langsung pada biaya produksi unggas. Misalnya, kenaikan harga jagung menyebabkan meningkatnya biaya produksi telur dan daging ayam, yang kemudian berimbas pada harga jual yang lebih tinggi di level konsumen.

Ketiga, dari sisi domestik, program Makan Bergizi Gratis (MBG) juga menjadi faktor pendukung peningkatan harga poultry. Pasar berekspektasi bahwa program ini akan meningkatkan permintaan unggas secara signifikan.

Namun, hambatan bagi industri poultry terletak pada daya beli masyarakat yang masih melemah, tercermin dari tingkat inflasi yang hampir menyentuh batas bawah target Bank Indonesia (BI).

Secara keseluruhan, prospek sektor poultry di tahun 2025 masih didukung oleh program MBG yang diperkirakan akan meningkatkan permintaan. Bahkan, JPFA memproyeksikan adanya lonjakan permintaan hingga 24% dibandingkan dengan 2024.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten Poultry dari Analis Berikut

"Selain itu, faktor makroekonomi seperti ekspektasi pemangkasan suku bunga juga akan mendorong permintaan unggas," ujar Imam kepada Kontan, Kamis (30/1).

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Fadhlan Banny Firmansyah menilai, program makan gratis pemerintah pada 2025 diperkirakan akan menambah 637.000 ton atau meningkat 13% terhadap total volume penjualan ayam di Indonesia yang mencapai 5,579 juta ton. 

"Hal ini memberikan peluang bagi para pelaku industri perunggasan untuk mengungguli pertumbuhan pasar tahun ini," jelas Fadhlan dalam risetnya, Jumat (24/1).

Kendati begitu, daya beli masyarakat yang melemah dapat menghambat pertumbuhan industri atau bahkan menciptakan hasil yang stagnan. Depresiasi rupiah juga berisiko meningkatkan biaya bahan baku, yang dapat mempersempit margin keuntungan. 

"Selain itu, kinerja unggul beberapa emiten perunggasan belakangan ini bisa memicu aksi ambil untung oleh investor," terang Fadhlan.

Senada, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menjelaskan faktor utama yang mendorong sektor poultry saat ini ialah sentimen dari program MBG, yang berpotensi meningkatkan permintaan protein hewani, terutama ayam dan telur sebagai sumber protein yang paling terjangkau. 

Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham Pilihan Emiten Poultry Hingga Akhir Tahun 2024

"Hal ini menjadi katalis positif bagi emiten poultry," ujar Ekky kepada Kontan, Kamis (30/1). 

Selain itu, penurunan suku bunga BI juga memberikan dampak tambahan dengan mendorong daya beli masyarakat, yang pada akhirnya dapat mendukung pertumbuhan konsumsi publik.



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×