Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kimia Farma Tbk (KAEF) tampaknya mampu berkelit dari efek negatif melemahnya rupiah. Meski tergolong sensitif dengan pelemahan nilai tukar karena banyaknya impor bahan baku obat, namun perusahaan ini mampu menjaga beban pokoknya tak ikut bergejolak.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2018, biaya produksi yang menjadi salah satu komponen beban pokok KAEF tercatat cuma Rp 1,87 triliun, turun 25% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Padahal, US$ 1 dihargai Rp 13.760 per akhir kuartal I, melemah 1,41% dari posisi di awal tahun.
Kenaikan total beban pokok KAEF malah bukan terjadi pada biaya produksi, melainkan pos keuangan lain. Di antaranya adalah kenaikan BBM dan listrik, yang merupakan komponen biaya pabrikasi.
Pada pos keuangan tersebut, angkanya naik 31% menjadi Rp 216,83 miliar dari sebelumnya Rp 165,18 miliar. Secara total, beban pokok KAEF di kuartal satu naik 15% menjadi Rp 973,83 miliar.
Direktur Keuangan KAEF Suharta Wijaya mengatakan, hal itu tak lepas dari strategi perusahaan ini melakukan pembelian bahan baku secara besar-besaran. "Sudah kami antisipasi sejak tahun lalu, sehingga tahun ini relatif aman," ujar dia kepada Kontan.co.id, Rabu (2/5).
Seperti diketahui, saat membeli bahan baku, KAEF menggunakan kurs rupiah di pasar spot. Tapi, karena KAEF membeli dalam jumlah yang besar dengan jangka waktu yang lama, yakni untuk pasokan dua tahun sekaligus, posisi KAEF untuk melakukan tawar-menawar harga menjadi lebih kuat.
Dengan skema pembelian besar-besaran seperti itu, KAEF akhirnya bisa menekan harga bahan baku antara 5% hingga 10%. Besaran ini tentu lebih dari cukup untuk mengompensasi pelemahan kurs yang terjadi.
Malah, strategi seperti ini dinilai lebih efektif dibandingkan melakukan aktivitas lindung nilai atawa hedging. Hedging justru membutuhkan biaya yang lebih mahal.
Suharta menambahkan, pihaknya akan terus bernegosiasi dengan para pemasok. "Kami minta diskon harga untuk beli di volume tertentu," imbuh dia.
Namun, Suharta tidak bersedia merinci berapa diskon yang diinginkan. Yang terang, negosiasi terus dilakukan guna mengamankan posisi tahun depan.
Pada kuartal satu tahun ini, KAEF membukukan pendapatan sebesar Rp 1,55 triliun, naik 27% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Upaya menahan gejolak pelemahan kurs yang dilakukan juga mampu membuat laba bersih naik sekitar 27% menjadi Rp 37,21 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News