kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.324   50,00   0,31%
  • IDX 7.906   -21,15   -0,27%
  • KOMPAS100 1.110   -3,68   -0,33%
  • LQ45 818   -11,31   -1,36%
  • ISSI 266   0,54   0,20%
  • IDX30 424   -4,89   -1,14%
  • IDXHIDIV20 492   -5,66   -1,14%
  • IDX80 123   -1,56   -1,25%
  • IDXV30 132   -0,72   -0,54%
  • IDXQ30 137   -1,77   -1,27%

Penerbitan Obligasi Korporasi Diprediksi Marak, Ini Sentimen yang Perlu Dicermati


Selasa, 15 Juli 2025 / 18:23 WIB
Penerbitan Obligasi Korporasi Diprediksi Marak, Ini Sentimen yang Perlu Dicermati
ILUSTRASI. Nilai jatuh tempo obligasi korporasi tahun 2025 menembus Rp 161 triliun. Alhasil, penerbitan obligasi korporasi diperkirakan akan meningkat.


Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.   Nilai jatuh tempo obligasi korporasi sepanjang tahun 2025 menembus Rp 161 triliun.  Dengan begitu, penerbitan obligasi korporasi diperkirakan akan meningkat. 

Head of Economic Research Division Pefindo Suhindarto mengatakan, kondisi geopolitik, perang dagang, serta kebijakan Amerika Serikat (AS) masih akan menjadi sentimen eksternal yang perlu dicermati sebelum berinvestasi.

“Jika tensi di Timur Tengah ataupun di Eropa Timur tereskalasi kembali, juga bisa menjadi katalis yang mendorong yield benchmark,” kata Suhindarto kepada Kontan dalam konferensi pers Pefindo, Selasa (16/7).

Baca Juga: Penerbitan Obligasi Korporasi Marak di Semester II-2025, Menarik Dilirik?

Dengan begitu, yield di dalam negeri acuannya juga mengalami kenaikan, sehingga akhirnya mempengaruhi pembentukan kupon dan yield obligasi korporasi.

Kemudian, perang dagang juga akan terus membayangi, mengingat Presiden AS Donald Trump menjeda kembali kebijakannya sampai 1 Agustus mendatang.

Suhindarto bilang, pasar masih berada dalam posisi wait and see. Terutama, mengantisipasi jika banyak kesepakatan yang bisa tercapai, apakah tarif yang sebelumnya dikenakan dapat diturunkan, dan sebagainya.

Seandainya tarif yang dikenakan pada perdagangan antarnegara ini lebih tinggi dibanding ekspektasi, tentu akan menjadi katalis kurang baik bagi pasar surat utang korporasi.

“Sebab, jika terjadi, yield-nya juga akan cenderung mengalami kenaikan kembali,” kata Suhindarto.

Baca Juga: Obligasi Korporasi Masih Diminati Meski Yield Turun

Lebih lanjut, ia menyorot pengesahan One Big Beautiful Bill Act yang mengatur pajak dan pengeluaran AS.

“Ini berpotensi meningkatkan defisit di Amerika Serikat. Jika defisitnya meningkat, pembiayaan yang diperlukan pemerintah AS juga mengalami peningkatan, yang akhirnya membebani anggaran fiskal AS,” tuturnya.

Jika pasokan obligasi naik, yield di AS menjadi benchmark bagi yield di berbagai negara itu juga akan cenderung kaku untuk turun. Sehingga, akhirnya akan berdampak pada yield obligasi di Indonesia. 

   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×