kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kimia Farma berkelit dari efek melemahnya rupiah


Rabu, 02 Mei 2018 / 22:29 WIB
Kimia Farma berkelit dari efek melemahnya rupiah
ILUSTRASI. PT Kimia Farma Tbk KAEF


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kimia Farma Tbk (KAEF) mampu berkelit dari efek negatif tren pelemahan rupiah. Meski tergolong sensitif dengan pelemahan kurs karena banyaknya impor bahan baku obat, namun perusahaan mampu menjaga beban produksinya tak ikut bergejolak meski ada tekanan tersebut.

Berdasarkan laporan keuangan KAEF kuartal I-2018, biaya produksi KAEF tercatat Rp 1,87 triliun. Angka itu turun 25% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 2,51 triliun.

Padahal, US$ 1 dihargai Rp 13.760 per akhir kuartal I. Artinya, rupiah sudah melemah 1,41% terhadap dollar AS sejak awal tahun.

Kenaikan beban pokok KAEF malah bukan dari biaya produksi, melainkan pos keuangan lain seperti kenaikan BBM dan listrik yang merupakan komponen biaya pabrikasi.

Pada pos keuangan tersebut, angkanya naik 31% menjadi Rp 216,83 miliar dari sebelumnya Rp 165,18 miliar. Secara total, beban pokok KAEF naik 15% menjadi Rp 973,83 miliar.

Direktur Keuangan KAEF Suharta Wijaya mengatakan, hal itu tak lepas dari strategi perusahaan dengan melakukan pembelian bahan baku besar-besaran. "Sudah kami antisipasi sejak tahun lalu, sehingga tahun ini relatif aman," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (2/5).

Seperti diketahui, saat membeli bahan baku, KAEF menggunakan kurs rupiah di pasar spot. Tapi, karena KAEF membeli dalam jumlah yang besar dengan jangka waktu yang lama, untuk pasokan dua tahun sekaligus, posisi KAEF untuk melakukan tawar menawar harga menjadi lebih kuat.

Dengan skema pembelian besar-besaran seperti itu, KAEF bisa menekan harga bahan baku antara 50%. Besaran ini tentu lebih dari cukup untuk mengkompensasi pelemahan kurs yang terjadi.

Malah, strategi seperti ini dinilai lebih efektif dibandingkan melakukan aktivitas lindung nilai atawa hedging. Hedging justru membutuhkan biaya yang lebih mahal.

Suharta menambahkan, pihaknya akan terus bernegosiasi dengan para pemasok. "Kami minta diskon harga untuk beli di volume tertentu," imbuhnya.

Namun, dia belum bersedia merinci berapa diskon yang diinginkan. Yang terang, negosiasi terus dilakukan guna mengamankan posisi tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×