Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten Grup Lippo menunjukkan pemulihan sepanjang kuartal I 2025. Meskipun begitu, ada sejumlah tantangan yang masih harus dihadapi oleh para emiten.
Per kuartal I 2025, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp 169,46 miliar. Sebelumnya, LPKR menderita rugi bersih Rp 179,12 miliar di kuartal I 2024.
Padahal, pendapatan neto LPKR justru turun 55,42% secara tahunan alias year on year (yoy) ke Rp 2,01 triliun per kuartal I 2025, dari sebelumnya Rp 4,52 triliun di kuartal I 2024.
Jika melihat neraca laba rugi dan penghasilan, pendorong laba di kuartal I 2025 salah satunya adalah penurunan beban usaha menjadi Rp 548,58 miliar, dari sebelumnya Rp 1,08 triliun di kuartal I 2024.
Group CEO Lippo Indonesia, John Riady mengatakan, biaya bunga bersih juga turun 71% yoy menjadi Rp 93 miliar di tiga bulan pertama tahun 2025.
Kata John, penurunan didorong oleh pelunasan obligasi sebesar Rp 1,04 triliun dan pinjaman bank sebesar Rp 740 miliar, ini menggarisbawahi komitmen LPKR untuk mengurangi utang sekaligus mengoptimalkan struktur modalnya.
Baca Juga: Gelar RUPST, Lippo Cikarang (LPCK) Rombak Jajaran Pengurus
“Upaya ini telah menghasilkan neraca yang lebih kuat dan biaya pendanaan yang lebih rendah di masa mendatang,” ujarnya.
PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) mencatatkan pendapatan neto Rp 1,07 triliun di akhir Maret 2025. Raihan ini naik 157,70% yoy dari Rp 415,29 miliar di akhir Maret 2024. LPCK mengantongi laba bersih sebesar Rp 142,79 miliar sepanjang kuartal I- 2025, naik 139,40% yoy dari kuartal I 2024.
Corporate Secretary LPCK, Peter Adrian mengatakan, LPCK berhasil membukukan EBITDA positif sebesar Rp 173 miliar selama kuartal pertama 2025, atau setara dengan 16% dari total pendapatan.
“Capaian ini mencerminkan efisiensi operasional dan kualitas pertumbuhan yang tetap terjaga secara sehat dan berkelanjutan,” katanya.
Sementara itu, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) melaporkan kinerja keuangan kuartal I-2025 dengan penjualan sebesar Rp 4,6 triliun, naik 24,6% dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Laba bersih LPPF tumbuh 97,3% yoy menjadi Rp 643 miliar, dibandingkan Rp 326 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Di sisi lain, PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) memang belum mengeluarkan laporan keuangan periode kuartal I 2025, namun segmen healthcare juga tidak lagi terbukukan dalam laporan keuangan LPKR per kuartal I 2025.
Di sisi lain, proyek Meikarta masih menjadi tantangan yang masih harus diselesaikan oleh emiten Grup Lippo. Anak usaha LPCK, PT Mahkota Sentosa Utama (MSU) selaku pengembang, telah memulai serah terima unit Apartemen Meikarta yang selesai dibangun sejak 2020.
Hingga Maret 2025, lebih dari 60% unit telah rampung, dengan progres pembangunan mencapai lebih dari 75%. Penyerahan sekitar 7.000 unit sisanya akan dilakukan bertahap hingga Juli 2027 sesuai putusan homologasi.
Baca Juga: Lippo Cikarang (LPCK) Kantongi Marketing Sales Rp 323 Miliar per Kuartal I 2025
Komitmen pengembalian dana kepada konsumen juga ditegaskan dalam pertemuan antara CEO Lippo Group James Riady dan Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait, pada 23 April 2025. Dana refund akan bersumber dari kas internal dan hasil penjualan unit Meikarta.
Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila melihat, kinerja LPCK, LPKR, dan LPPF menunjukkan perbaikan di kuartal 2025.
“Sentimen penggerak untuk LPCK yaitu kinerja industri properti yang masih kuat, LPPF dari pemulihan biaya sewa mal dan LPKR dari penyerahan proyek tepat waktu,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (22/5).
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo, mengungkapkan, segmen properti menjadi penopang kinerja dari grup Lippo sepanjang tiga bulan pertama tahun 2025.
“Untuk LPPF, mengalami perbaikan kinerja karena didorong adanya momentum hari besar keagamaan yang mendorong belanja masyarakat, serta efisiensi yang dilakukan perusahaan,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (22/5).
Dengan kondisi tersebut, alhasil penopang kinerja Grup Lippo hanya akan berasal dari segmen properti dan ritel di sepanjang tahun 2025.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menyatakan, ada potensi berlanjutnya perbaikan kinerja LPKR, LPCK, dan LPPF lantaran Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan menjadi 5,5% pada bulan Mei ini.
Penurunan suku bunga acuan BI bisa meningkatkan permintaan kredit pemilikan rumah (KPR), menaikkan konsumsi masyarakat, dan menurunkan biaya pinjaman para emiten tersebut.
Tetapi, kinerja finansial emiten Lippo Group secara keseluruhan masih berat dan kasus Meikarta masih terus berjalan proses penyelesaiannya.
“Selama supremasi hukum ditegakkan, bisa mendorong kepercayaan para pelaku investor ke depan,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (22/5).
Meskipun suku bunga yang diproyeksikan masih akan turun dan proyek strategis emiten masih berlanjut bisa meningkatkan volume penjualan, tetapi Indy melihat kondisi keuangan para emiten Grup Lippo belum sepenuhnya pulih.
“Harus dipantau terus keadaan pembiayaan yang bisa menekan kinerja keuangan, seperti proyek mangkrak dan utang yang masih tinggi,” katanya.
Nafan mengatakan, saham emiten Grup Lippo cenderung rendah likuiditasnya. Alhasil, Nafan belum memberikan rekomendasi saham untuk emiten-emiten Grup Lippo.
Indy merekomendasikan trading buy untuk LPCK dengan target harga Rp 600 per saham. “Bisa juga hold saham LPPF atau LPKR,” katanya.
Azis melihat, pelaku pasar merespons positif kinerja keuangan Grup Lippo di kuartal I 2025. Ini tercermin dengan adanya kenaikan saham LPKR dan LPCK.
Melansir RTI, saham LPKR naik 12,2% dalam sebulan terakhir dan saham LPCK naik 2,97% dalam sebulan terakhir.
Baca Juga: Bos Lippo Sebut 16.000 Unit Apartemen Meikarta Sudah Tersalurkan
Sementara, saham LPPF turun 7,83% dalam sebulan terakhir lantaran perseroan membagikan dividen dari buku tahun 2024 dengan yield yang cukup tinggi.
Asal tahu saja, LPPF membagikan dividen tunai Rp 300 per saham dari buku tahun 2024. Total nilai dividen itu sebesar Rp 677,48 miliar. Pembayaran dividen tunai dilakukan LPPF pada 29 April 2025.
Sehingga, Azis merekomendasikan trading buy untuk LPKR dengan potensi target harga di Rp 100 - Rp 102 per saham. “Untuk LPCK dan LPPF, kami lebih sarankan untuk wait and see,” katanya.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat, pergerakan saham LPKR ada di level support Rp 87 per saham dan resistance Rp 95 per saham. Rekomendasi speculative buy disematkan untuk LPKR dengan target harga Rp 99 - Rp 103 per saham.
Sementara, Praktisi Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto melihat, pergerakan saham LPKR ada di level support Rp 87 per saham dan resistance Rp 101 per saham. William merekomendasikan buy on weakness untuk LPKR dengan target harga Rp 101 per saham.
Selanjutnya: Menanti Pabrik Baru Bumi Resources Minerals (BRMS), Simak Rekomendasi Sahamnya
Menarik Dibaca: Bank CTBC Salurkan Pendanaan Lebih Dari Seperempat Triliun ke Easycash
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News