kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.866.000   -20.000   -1,06%
  • USD/IDR 16.535   -35,00   -0,21%
  • IDX 7.040   60,28   0,86%
  • KOMPAS100 1.021   8,73   0,86%
  • LQ45 796   9,34   1,19%
  • ISSI 222   1,58   0,72%
  • IDX30 416   6,84   1,67%
  • IDXHIDIV20 491   8,63   1,79%
  • IDX80 115   1,37   1,20%
  • IDXV30 117   0,85   0,73%
  • IDXQ30 136   2,16   1,62%

Kinerja Emiten Konstruksi Swasta Beragam pada Kuartal I, Simak Rekomendasi Sahamnya


Kamis, 15 Mei 2025 / 18:44 WIB
Kinerja Emiten Konstruksi Swasta Beragam pada Kuartal I, Simak Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. RUPS PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA).


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten konstruksi tercatat masih beragam di tiga bulan pertama tahun 2025.

Pada kuartal I 2025, PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) dan PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) mencatatkan kenaikan pendapatan dan laba bersih.

TOTL mengantongi pendapatan usaha Rp 847,43 miliar per kuartal I 2025, naik 3,48% secara tahunan (yoy) dari Rp 818,87 miliar di kuartal I 2024. Laba bersih Total Persada juga naik menjadi Rp 75,78 miliar hingga Maret 2025.

Corporate Secretary Total Bangun Persada Anggie S. Sidharta menjelaskan, raihan nilai kontrak baru sebesar Rp 2,157 triliun per April 2025. Di tahun 2025, TOTL menargetkan nilai kontrak Rp 5 triliun.Target laba bersih perseroan sebesar Rp 265 miliar di tahun 2025.

“Semua proyek kami saat ini adalah proyek swasta,” ujarnya dalam public expose TOTL, Kamis (15/5).

Manajemen TOTL mengaku lebih berhati-hati dalam menetapkan target kinerja untuk tahun ini. 

Ketidakpastian geopolitik dan situasi ekonomi domestik menjadi faktor utama yang membuat perusahaan cukup prudent dalam mengambil keputusan, termasuk ketika memilih proyek-proyek yang akan dikerjakan. 

Baca Juga: Simak Prospek Kinerja Emiten Konstruksi Swasta Usai Efisiensi Anggaran Infrastruktur

“Kita sambil melihat keadaan apakah memang diperlukan revisi (target) atau tidak untuk dikeluarkan,” ungkapnya.

Lalu, NRCA mencetak pendapatan konsolidasi sebesar Rp 889,52 miliar per kuartal I 2025, naik 24,4% yoy dari Rp 715,01 miliar di kuartal I 2024.

VP of Investor Relations & Corporate Communications PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), induk usaha NRCA, Erlin Budiman mengatakan, NRCA memperoleh nilai kontrak baru senilai Rp 687,8 miliar sepanjang kuartal I 2025. Ini turun 49,1% dari Rp 1,35 triliun pada kuartal I 2024.

“Proyek utama yang diperoleh pada kuartal I meliputi Pabrik Baru AHM di Deltamas Cikarang Bekasi, pekerjaan infrastruktur di Subang Smartpolitan, pekerjaan struktur untuk Grand Lucky Pekanbaru, Gedung Parkir & Campus Plaza E di Gunadarma Depok, serta Holiday Inn Express di Bandung,” ujar Erlin dalam keterbukaan informasi tanggal 5 Mei.

Di sisi lain, PT Bukaka Teknik Utama Tbk (BUKK), PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (JKON), dan PT Berdikari Pondasi Perkasa Tbk (BDKR) mencatatkan penurunan pendapatan selama Januari-Maret 2025.

BUKK mengantongi pendapatan Rp 678,86 miliar per kuartal I 2025, turun 25,85% yoy. Laba bersih Bukaka juga turun 5,7% yoy menjadi 162,42 miliar di akhir Maret 2025.

JKON membukukan penurunan pendapatan 4,02% yoy ke Rp 627,68 miliar per kuartal I 2025. Perseroan pun membukukan rugi bersih Rp 5,84 miliar di akhir Maret 2025, berbalik dari laba bersih Rp 1 miliar pada periode sama tahun lalu.

BDKR mengalami penurunan pendapatan 10,28% ke Rp 107,72 miliar per kuartal I 2025. Perseroan pun membukukan laba bersih tahun berjalan Rp 4,58 miliar per kuartal I 2025, turun 68,35% dari Rp 14,48 miliar di periode sama tahun lalu.

Sementara, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) mencatatkan peningkatan pendapatan bersih naik 29,78% yoy ke Rp 713,61 miliar. ACST juga berhasil memperbaiki rugi bersih dari Rp 42,49 miliar di kuartal I 2024 menjadi rugi bersih Rp 3,9 miliar per kuartal I 2025.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta melihat, pembangunan infrastruktur di Indonesia masih akan terus dilanjutkan dan tercermin dari pembukaan kembali anggaran pemerintah untuk industri ini. Meskipun emiten konstruksi swasta tak mengambil porsi banyak di proyek pemerintah, tetapi ini tetap menjadi angin segar bagi industri konstruksi secara keseluruhan.

“Proyek strategis nasional biasanya akan digarap oleh BUMN Karya,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (15/5).

Ke depan, emiten konstruksi swasta masih akan terjagal suku bunga tinggi. Asal tahu saja, suku bunga Bank Indonesia (BI) pada April 2025 sebesar 5,75%. 

Suku bunga yang tinggi akan menyebabkan biaya dan bunga meningkat. Di sisi lain, sentimen perang tarif dan tensi geopolitik yang tinggi juga menyebabkan biaya produksi untuk konstruksi meningkat

“Kalau semuanya mereda, bisa jadi katalis positif di sektor konstruksi,” paparnya.

Alhasil, Nafan belum memberikan rekomendasi saham untuk emiten konstruksi swasta. “TOTL dan NRCA sudah overbought, tapi ACST, JKON dan BDKR tidak likuid,” katanya.

Senior Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas berpandangan, secara garis besar, perbedaan kinerja di antara para emiten konstruksi swasta bisa dipicu oleh jenis proyek yang dipegang, efisiensi, arus kas, dan dukungan grup usaha. 

Misalnya, untuk TOTL dan NRCA, kinerja positif karena proyek swasta yang stabil, manajemen efisien, dan margin terjaga.

Sedangkan, untuk ACST, perbaikan bottomline berkat diversifikasi ke proyek sipil dan infrastruktur serta suntikan modal dari PT United Tractor Tbk (UNTR). 

“Kemudian, kinerja JKON dan BDKR tertahan karena penundaan proyek pemerintah, lemahnya backlog, dan tekanan margin,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (15/5).

Ke depan, prospek kinerja emiten konstruksi swasta masih tertekan, terutama untuk yang bergantung pada proyek pemerintah. Namun, emiten dengan proyek swasta, efisiensi baik, dan dukungan modal akan diuntungkan. 

Sentimen positif untuk emiten konstruksi swasta adalahproyek IKN, potensi penurunan suku bunga, dan stimulus pemerintah. Sementara, sentimen negatif berasal dari penundaan proyek APBN, persaingan harga, dan kenaikan biaya. 

Baca Juga: Menilik Prospek Kinerja Emiten Konstruksi Swasta di Tahun 2025

“Jawara potensial di tahun ini adalah TOTL dan NRCA, karena punya fundamental, backlog, atau dukungan grup yang kuat,” paparnya.

Di sisi lain, pergerakan saham para emiten konstruksi swasta saat ini masih ada yang belum mencerminkan kinerja keuangan di kuartal I 2025.

Melansir RTI, saham TOTL sudah naik 13,24% sejak awal tahun alias year to date (ytd). Saham ACST juga naik 5,81% ytd.

JKON sahamnya turun 8,54% ytd, BUKK sahamnya turun 3,95% ytd, dan saham BDKR amblas 31,05% ytd.

Menurut Sukarno, kinerja saham emiten yang belum merespon sepenuhnya kinerja kuartal I adalah NRCA yang secara year to date (ytd) masih negatif 2,84%. “Sedangkan, saham lain, seperti TOTL dan ACST, bisa saja melanjutkan kenaikan ke depan,” ungkapnya.

Sukarno pun merekomendasikan trading buy untuk NRCA dengan target harga Rp 360 - Rp 380 per saham. “Patokan support di Rp 334 per saham atau toleransi di area gap Rp 324 per saham,” katanya.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat, pergerakan saham TOTL ada di level support Rp 745 per saham dan resistance Rp 795 per saham. Herditya pun merekomendasikan trading buy untuk TOTL dengan target harga Rp 810 - Rp 830 per saham.

Sementara, pergerakan saham NRCA ada di level support Rp 334 per saham dan resistance Rp 346 per saham. Rekomendasi buy if break untuk NRCA dengan target harga Rp 356 - Rp 366 per saham.

Baca Juga: Melongok Prospek Kinerja Emiten Konstruksi Swasta di Kuartal II 2025

Selanjutnya: Proyek Hilirisasi Batubara Lambat, Kementerian ESDM Akan Tebar Insentif

Menarik Dibaca: 4 Manfaat Pijat untuk Kesehatan Mental, Bantu Cegah Penyebab Depresi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×