Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump memulai kebijakan tarif terhadap Meksiko, Kanada, dan China. Kebijakan itu mendorong investor mengalirkan dananya ke safe haven, seperti dolar AS.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, kebijakan tarif Trump berdampak signifikan pada mata uang pasar berkembang. Selain Peso Meksiko dan Won Korea, mata uang lain yang terdampak signifikan seperti, Peso Kolombia yang mengalami penurunan karena investor bereaksi terhadap pengumuman tarif.
Dolar Kanada, meskipun bukan mata uang pasar berkembang, juga mengalami penurunan signifikan, mencapai level terendah dalam 20 tahun. Yuan Tiongkok melemah ke rekor terendah, menyoroti dampak tarif yang lebih luas.
"Pergerakan mata uang ini mencerminkan reaksi pasar yang lebih luas terhadap meningkatnya ketegangan perdagangan dan penguatan Dolar AS," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (3/2).
Baca Juga: Efek Kebijakan Tarif Donald Trump, Mayoritas Nilai Tukar Dunia Jatuh
Sutopo memperkirakan dampaknya kemungkinan akan terus berlanjut seiring ketegangan perdagangan masih berlanjut. Menurutnya, investor kemungkinan akan terus menarik modal keluar dari pasar berkembang, mencari aset yang lebih aman.
Hal itu dapat menyebabkan depresiasi mata uang lebih lanjut dan ketidakstabilan ekonomi di negara-negara tersebut. Sebab, ketika mata uang melemah maka biaya impor meningkat, yang menyebabkan tekanan inflasi dan dapat semakin membebani perekonomian serta mengurangi daya beli.
Tarif mengganggu hubungan perdagangan, yang memengaruhi industri yang bergantung pada ekspor ke AS. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya pekerjaan dan berkurangnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang terkena dampak.
Baca Juga: Tarif Trump Bikin Dolar AS Perkasa, Mata Uang Utama & Emerging Market Kompak Ambles
Menurut Sutopo, dampak jangka panjang dari tarif ini akan bergantung pada bagaimana negosiasi perdagangan berlangsung dan apakah tindakan pembalasan diterapkan oleh negara lain. Secara keseluruhan, dampak tarif Trump pada mata uang pasar berkembang cukup signifikan dan kemungkinan akan terus memengaruhi ekonomi ini dalam beberapa bulan mendatang.
Tarif menciptakan ketidakpastian, yang menyebabkan volatilitas di pasar global. Hal ini dapat memengaruhi saham, komoditas, dan aset keuangan lainnya.
"Sangat penting bagi investor dan pembuat kebijakan untuk memantau perkembangan ini secara cermat dan menyesuaikan strategi mereka," sebutnya.
Baca Juga: Trump Umumkan Tarif Impor Baru, Pamor Save Haven Emas Redup
Untuk Indonesia, Sutopo menyebutkan bahwa perekonomian dalam negeri akhir-akhir ini juga menghadapi sejumlah tantangan. Sehingga, potensi penurunan lebih lanjut menjadi perhatian.
Rupiah mengalami tekanan akibat ketidakpastian ekonomi global dan ketegangan perdagangan. Dus, untuk Februari ini, rupiah diperkirakan akan tetap volatile dengan potensi depresiasi akibat ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung dan fluktuasi pasar global.
Menjelang akhir tahun, prospek rupiah akan sangat bergantung pada bagaimana kondisi ekonomi global berkembang, serta kebijakan ekonomi domestik dan stabilitas politik Indonesia.
"Jika ketegangan perdagangan mereda dan pasar global stabil, rupiah dapat mengalami pemulihan. Namun, jika ketidakpastian terus berlanjut, depresiasi lebih lanjut mungkin terjadi," imbuhnya.
Selanjutnya: YLKI Soroti Kebijakan Pengecer Dilarang Jual LPG 3 Kg
Menarik Dibaca: Tekan Angka Kematian Akibat Rokok, Penelitian Tobacco Harm Reduction Bisa jadi Solusi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News