Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah melemah di dua hari perdagangan usai libur panjang. Depresiasi rupiah akibat ancaman tarif presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, semakin meluas.
Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi mencermati, pelemahan rupiah di akhir pekan karena investor sedang mempertimbangkan kemungkinan tarif AS. Hal itu bersamaan pula dengan serangkaian perintah eksekutif dan pengumuman kebijakan, dimana Trump mengancam akan mengenakan tarif perdagangan 100% terhadap BRICS atas de-dolarisasi.
Trump mengancam akan mengenakan tarif perdagangan 100% pada kelompok negara BRICS atas upaya mereka untuk menciptakan mata uang mereka sendiri dan menjauh dari dolar. Presiden AS ke-47 itu menuntut komitmen dari BRICS bahwa mereka tidak akan meluncurkan usaha semacam itu.
Sebelumnya, Trump telah mengancam akan mengenakan tarif 25% terhadap ekspor Kanada dan Meksiko ke Amerika Serikat pada 1 Februari 2025, jika kedua negara itu tidak menghentikan pengiriman fentanil melintasi perbatasan AS. Ini membuat investor waspada terhadap perang dagang global yang baru dan Trump diperkirakan menyetujui tarif impor 10% pada Tiongkok.
Baca Juga: Rupiah Melemah di Pekan Pendek Akhir Januari 2025, Simak Proyeksinya Pekan Depan
Di sisi moneter, keputusan Federal Reserve mempertahankan suku bunga tidak berubah menandakan pendekatan yang hati-hati untuk bergerak maju, di tengah tantangan inflasi yang sedang berlangsung di ekonomi terbesar di dunia. Fokus juga tertuju pada data indeks harga PCE utama sebagai pengukur inflasi pilihan the Fed yang akan dirilis akhir pekan ini.
‘’Alhasil, pada perdagangan akhir pekan, mata uang rupiah ditutup melemah 48 point sebelumnya sempat melemah 70 point di level Rp 16.304 dari penutupan sebelumnya di level Rp.16.256 per dolar AS,’’ kata Ibrahim dalam risetnya, Jumat (31/1).
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menuturkan, rupiah melewati sisa dua hari perdagangan pekan ini dengan kecenderungan melemah, selepas libur panjang. Hal itu sejalan dengan dolar Amerika yang bergerak menguat.
‘’Dolar menguat berkat dukungan pernyataan hawkish the Fed dalam pertemuan FOMC dan ancaman tarif Trump kepada Meksiko dan Kanada yang akan mulai berlaku besok. Sedangkan, tidak ada berita maupun data ekonomi dari internal,’’ jelas Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (31/1).
Mengutip Bloomberg, Jumat (31/1), Rupiah spot ditutup di level Rp 16.304 per dolar AS. Secara mingguan, rupiah melemah sekitar 0,82% dari level akhir pekan lalu. Secara harian, Rupiah spot melemah sekitar 0,30% dari level penutupan kemarin Rp 16.260 per dolar AS.
Sedangkan, rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup pada level Rp 16.312 per dolar AS. Rupiah jisdor BI melemah sekitar 0,69% secara mingguan dan melemah 0,32% secara harian.
Menurut Lukman, rupiah di pekan depan akan tergantung pada hasil data inflasi PCE malam ini. Namun berkaca dari hasil jelek dari data pertumbuhan PDB AS yang dirilis semalam, kecil kemungkinan data inflasi ini bisa mendukung rupiah, walaupun lebih lemah.
‘’Kecuali ada perkembangan baru yang positif di akhir pekan dari Trump, maka rupiah diperkirakan masih akan tertekan minggu depan,’’ ujarnya.
Baca Juga: Loyo, Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,30% ke Rp 16.305 Per Dolar AS Pada Jumat (31/1)
Terlebih, lanjut Lukman, investor juga akan menghadapi serentetan data-data ekonomi penting baik dari dalam maupun luar. Data-data dari AS adalah ISM manufaktur dan service, PMI China manufaktur dan service. Dari internal, data inflasi Indonesia, data pertumbuhan PDB dan cadangan devisa bakal dirilis pekan depan.
Lukman memprediksi, rupiah kemungkinan akan berkisar di Rp 16.200 – Rp 16.500 per dolar AS selama pekan depan. Sementara itu, Ibrahim memperkirakan rilis inflasi PCE malam ini akan melemahkan rupiah di rentang Rp 16.300 – Rp 16.360 per dolar AS untuk perdagangan awal pekan, Senin (3/2).
Selanjutnya: Sebanyak 213.895 Orang Naik LRT Jabodebek pada Libur Isra Miraj-Imlek 2025
Menarik Dibaca: Pesan Mendalam Film Tabayyun Bakal Meramaikan Industri Film Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News