kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kata analis terkait capital outflow di obligasi di tengah aksi spekulatif asing


Minggu, 07 Maret 2021 / 19:39 WIB
Kata analis terkait capital outflow di obligasi di tengah aksi spekulatif asing
ILUSTRASI. Kata analis terkait capital outflow di obligasi di tengah aksi spekulatif asing


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ekonomi Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan perbaikan dalam beberapa waktu terakhir. Setelah sebelumnya, paket stimulus senilai US$ 1,9 triliun sudah disiapkan, kini data-data ekonomi seperti angka pengangguran dan angka inflasi telah menunjukkan perbaikan.

Dengan naiknya angka inflasi, pada akhirnya turut memicu kenaikan US Treasury dalam beberapa waktu terakhir. Rally ini bahkan sempat membuat US Treasury di level tertingginya yakni 1,56%.

Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management, Dimas Yusuf, mengatakan, kenaikan US Treasury memang berdampak langsung pada pasar obligasi Indonesia dengan ikutnya naik yield SBN acuan 10 tahun. Ditambah lagi, ia menilai momen Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan juga kurang tepat.

Dengan kenaikan yield US Treasury, lalu BI memangkas suku bunga, lantas spread antara SBN dengan US Treasury pun semakin tipis. Dimas melihat, kenaikan US Treasury memang berpotensi membuat terjadinya aksi capital outflow di pasar obligasi. Namun, ia masih cukup yakin, jika pun terjadi, jumlahnya tidak akan besar-besaran.

Baca Juga: Begini proyeksi ekonom terkait cadangan devisa beberapa bulan ke depan

“Secara magnitude (capital outflow) akan lebih kecil dibanding awal-awal pandemi Covid19  karena saat ini aksi investor masih cenderung bersifat spekulatif. Namun, ketika AS memang mengumumkan adanya tapering, barulah berpotensi terjadi capital outflow yang besar,” kata Dimas kepada Kontan.co.id, Minggu (7/3).

Senada, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto juga meyakini secara jangka pendek, tidak akan terjadi aksi jual investor asing di pasar obligasi. Menurutnya, kenaikan US Treasury dan perbaikan ekonomi AS lebih berdampak membuat investor asing untuk sementara waktu tidak melirik Indonesia.

“Investor asing sudah banyak keluar ketika pandemi Covid-19, jadi yang masih bertahan hingga saat ini, kemungkinan tidak akan keluar dari pasar obligasi. Tapi memang, karena selisih antara US Treasury dan yield SBN menipis, kemungkinan momen ini akan semakin menghambat investor asing untuk masuk ke SBN,” imbuh Ramdhan.

Baca Juga: Cadangan devisa Februari tertinggi sepanjang sejarah, begini pandangan ekonom

Baik Ramdhan maupun Dimas meyakini pasar obligasi Indonesia masih akan tetap bertahan. Pertimbangannya adalah investor domestik yang sudah terbukti bisa mendominasi dan menjagai stabilitas pasar SBN seiring likuiditas yang melimpah.

Apalagi, dengan ekonomi Indonesia yang perlahan juga membaik, kondisi pasar SBN ke depan masih akan prospektif.

Namun, Dimas tak menampik, dalam waktu dekat volatilitas di SBN masih akan tetap tinggi. Seiring masih adanya ruang bagi US Treasury untuk tetap naik. Sehingga ia pun melihat rupiah berpotensi ikut terdampak dan mengalami pelemahan.

“Walau demikian, secara jangka panjang obligasi Indonesia masih punya prospek yang menarik. Dengan pemulihan ekonomi yang mulai berjalan, dan fundamental Indonesia yang cukup baik, yield SBN seri acuan 10 tahun pada akhir tahun masih berpeluang untuk turun ke 6,1 - 6,2%,” pungkas Dimas.

Selanjutnya: Tertekan yield US Tresury, rupiah melemah ke Rp 14.267 per dolar AS hari ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×