Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham milik Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dinilai prospektif oleh analis, seiring penguatan harga sahamnya pasca pengumuman Morgan Stanley Capital International (MSCI).
Managing Director Research and Digital Production PT Samuel Sekuritas Indonesia Harry Su mengatakan, ketiganya memiliki prospek yang cukup baik seiring rencana ekspansi dan stabilitas pendapatan.
BREN misalnya, tengah melakukan ekspansi yang dinilai Harry cukup agresif pada kapasitas energi panas bumi dan anginnya.
BREN menargetkan 1,95 GW pada 2030 atau setara 39,4% dari target nasional energi terbarukan Indonesia sebesar 5 GW untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan dan pendapatan berulang.
Baca Juga: Saham Prajogo Pangestu Melonjak Tajam Usai Pengumuman Baru dari MSCI
Sementara itu, PTRO terus mempertahankan portofolio terdiversifikasi di sektor pertambangan, rekayasa, konstruksi, dan logistik, dengan kontrak jangka panjang hingga 2032
“Ini menjamin kestabilan pendapatan dan menekan risiko PTRO,” ujar Harry kepada Kontan, Senin (14/7)
Adapun, ekspansi strategis yang dilakukan CUAN ke aset emas dan pasir silika dilihat Harry akan mendiversifikasi sumber pendapatan sekaligus mengurangi ketergantungan pada batubara.
Oleh karenanya, Harry melihat PTRO beradaptasi dengan permintaan energi yang terus berkembang.
Dengan begitu, Harry merekomendasikan buy saham PTRO dan CUAN dengan target harga masing-masing Rp 4.500 dan 16.100.
Melihat pergerakan sahamnya, hingga pukul 13.56 WIB, saham PTRO telah meroket 22,88% ke harga Rp 3.920, CUAN telah meroket 17,53% ke level Rp 16.925, dan BREN melesat 19,67% ke posisi Rp 7.300.
Sebagai tambahan informasi, penguatan harga saham grup Barito terjadi setelah Morgan Stanley Capital International (MSCI) resmi mengumumkan tiga saham milik taipan Prajogo Pangestu yakni BREN, PTRO dan CUAN tidak lagi mendapatkan perlakuan khusus (exceptional treatment) dalam peninjauan indeks MSCI periode Agustus 2025 mendatang.
Saham-saham tersebut nantinya akan dievaluasi sesuai dengan metodologi MSCI Global Investable Market Indexes Methodology (GIMI), termasuk dengan penerapan kebijakan baru terkait perpanjangan periode pemantauan, melansir pengumuman resmi dari MSCI, Jumat (11/7).
Keputusan tersebut sekaligus menandai dibatalkannya rencana penerapan kriteria Unusual Market Activity (UMA) atau pencatatan di Papan Pemantauan Khusus (FCA) dalam kurun waktu 12 bulan terakhir sebagai syarat peninjauan dalam indeks MSCI.
Perubahan ini merupakan respons atas masukan dari para pelaku pasar yang sebelumnya menilai penerapan mekanisme UMA dan FCA selama 12 bulan dinilai terlalu ketat.
Untuk kriteria baru, MSCI akan memberlakukan perubahan signifikan terhadap perlakuan atas saham-saham yang masuk dalam daftar pengawasan khusus seperti papan pemantauan khusus (kriteria 10) di Indonesia dan Taiwan Disposition Board. Kebijakan ini mulai berlaku pada peninjauan indeks periode Agustus 2025.
Dalam kebijakan terbaru ini, MSCI memperpanjang periode pemantauan atas saham-saham yang masuk dalam dua daftar tersebut.
Baca Juga: MSCI Cabut Perlakuan Khusus untuk 3 Saham Prajogo Pangestu, Apa Saja?
Secara khusus, MSCI menyatakan tidak akan menambahkan saham ke dalam MSCI Investable Market Indexes (IMI) maupun melakukan perpindahan segmen ukuran antara Standard dan Small Cap untuk saham yang tercatat di kedua papan pengawasan itu.
Ini berlaku untuk saham yang telah muncul di papan pemantauan itu dalam periode mulai dari tanggal batas harga Peninjauan Indeks sebelumnya hingga tiga hari kerja sebelum Tanggal Efektif Peninjauan Indeks saat ini.
MSCI juga akan memperbarui dokumen metodologi GIMI sebagai bagian dari pembaruan kebijakan yang akan berlaku dalam Index Review Agustus 2025.
Ke depan, MSCI akan terus mengevaluasi daftar peringatan serupa di pasar lain dan dapat mempertimbangkan penerapan perlakuan ini di masa mendatang.
Selanjutnya: IISIA Ungkap Prospek Industri Baja di Tengah BMAD China dan Tarif Resiprokal AS
Menarik Dibaca: Bentuk Ekosistem Perbankan, Bank Muamalat Gandeng Jaringan Sekolah Islam Terpadu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News