Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
Minyak dunia dinilai tak gentar dengan adanya potensi kenaikan suku bunga di pertemuan The Fed selanjutnya. Sebab, apabila dolar AS terus naik dan suku bunga Fed tinggi, maka akan berakibat pada ekonomi Amerika Serikat yang nantinya dipaksa ataupun terpaksa melemah dalam skala tertentu.
Pada akhirnya, kebijakan moneter lebih longgar bakal membuat dolar AS melemah sehingga di saat bersamaan positif bagi prospek komoditas. Di samping itu, permintaan komoditas terutama minyak berpotensi didukung stimulus ekonomi AS apabila kondisi suku bunga tinggi membahayakan.
Sementara itu, China akan selalu pro stimulus dan tidak mungkin membiarkan ekonominya terganggu. Sehingga variabel China secara langsung atau tidak cenderung mendukung harga komoditas untuk naik.
Walaupun demikian, Wahyu berujar, tetap waspadai tak terbendungnya kenaikan harga dolar AS yang bisa membebani ekonomi global semakin terancam. Pada akhirnya, situasi tersebut bakal berimplikasi pada koreksi harga minyak dunia akibat krisis ekonomi global yang melemahkan permintaan.
Wahyu memperkirakan harga minyak dunia WTI akan berkisar pada US$ 80 per barel – US$ 100 per barel di akhir tahun. Dalam jangka menengah, kisaran harga wajar minyak dunia akan menyentuh di rentang US$ 85 per barel – US$ 90 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News