Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik hampir 1% pada hari Kamis (27/7), memulihkan kerugian dari sesi sebelumnya. Harga minyak mendapatkan dukungannya dari keterbatasan pasokan karena pengurangan produksi OPEC+ dan optimisme baru pada prospek permintaan China dan pertumbuhan global.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 64 sen atau 0,8% menjadi US$83,56 per barel pada pukul 0820 GMT. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 74 sen, atau 0,9% menjadi US$79,52. Hari ini merupakan puncak harga harian untuk kedua kontrak yang mendekati level tertinggi sejak 19 April.
Harga minyak mentah telah membukukan empat kenaikan mingguan berturut-turut karena pengetatan pasokan oleh pengurangan produksi oleh OPEC+.
Baca Juga: Pemangkasan Produksi Minyak Arab Saudi dan Rusia Masih Bawa Harga Minyak Naik
"Kami melihat pasar minyak kekurangan pasokan," kata analis UBS dalam sebuah laporan. "Kami mempertahankan pandangan positif dan berharap Brent naik menjadi US$85–US$90 selama beberapa bulan mendatang."
Sebelumnya, harga minyak turun pada hari Rabu (26/7) setelah data menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun kurang dari yang diharapkan. Selain itu, The Fed menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase, membiarkan pintu terbuka untuk kenaikan lainnya.
Namun, saham Asia melonjak ke level tertinggi lima bulan di tengah harapan bahwa siklus pengetatan AS telah berakhir dan ekonomi menuju soft landing, meningkatkan prospek pertumbuhan global dan selera risiko.
Bank Sentral Eropa, juga dipandang mendekati akhir dari kampanye pengetatannya, diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk kesembilan kalinya berturut-turut pada hari Kamis.
Sementara, China berjanji untuk meningkatkan dukungan kebijakan ekonominya.
Baca Juga: Harga Minyak Turun Pada Rabu (26/7) Pagi, Investor Menanti Keputusan Bunga The Fed
"Otoritas China telah mengisyaratkan untuk meningkatkan langkah-langkah dukungan untuk menghidupkan kembali ekonomi China yang sedang sakit, yang pada gilirannya telah mendorong harapan regenerasi permintaan minyak dari importir minyak mentah terbesar di dunia," kata analis Phillip Nova Priyanka Sachdeva dalam sebuah catatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News