Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menambahkam, kebangkrutan yang terjadi pada SVB, Siganture Bank, dan Credit Suisse membuat perlambatan ekonomi terlihat nyata. Alhasil, kondisi ini membuat investor melalukan aksi profit taking di komoditas energi.
Selain itu, musim dingin akan segera berakhir sehingga terjadi penurunan permintaan energi. China juga melakukan produksi batubara di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan domestiknya sehingga menurunkan permintaan cukup dramatis.
Ibrahim memprediksi, harga minyak mentah berpotensi lanjut turun ke level US$ 60 per barel, lalu berpeluang naik kembali.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Berbalik Melemah, Kekhawatiran di Sektor Bank Berlanjut
Gas alam kemungkinan besar bakal berada di kisaran US$ 2,4-US$ 2,38 per MMBtu. "Akan tetapi, pada akhir tahun berpotensi naik lagi ke level US$ 3,50 per MMBtu karena musim dingin bakal membuat permintaan bertambah," ucap Ibrahim.
Lalu, harga batubara tahun 2023 berpotensi terus turun ke US$ 130 per ton. Meski terkoreksi, harga batubara ini masih cukup tinggi karena harga normalnya berada di US$ 116 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News