Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) sulit menembus level resistensi US$ 59.500 dan US$ 60.000. BTC terakhir mencapai puncaknya di dekat zona resistensi US$ 59.500 saat hasil positif inflasi Amerika Serikat (AS) dirilis pada Kamis (11/7) malam.
Berdasarkan data CoinmarketCap, harga Bitcoin turun 1,80% ke level US$ 57.681 pada perdagangan hari ini, Jumat (12/7) pukul 20.20 WIB.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan inflasi AS turun menjadi 3% pada bulan Juni 2024, lebih rendah dari yang diharapkan.
Baca Juga: Pasar Kripto Belum Respons Positif Melandainya Data Inflasi AS
Penurunan ini signifikan dari angka 3,3% pada bulan Mei dan merupakan faktor penting dalam pengambilan keputusan The Fed terkait pemotongan suku bunga tahun ini.
Menurut dia, berita tersebut seharusnya menjadi angin segar bagi pasar kripto, terutama Bitcoin, karena The Fed telah menyatakan bahwa mereka menunggu bukti lebih lanjut terkait inflasi turun ke 2% sebelum menerapkan pemangkasan.
Selain itu, data FedWatch CME menunjukkan peluang sebesar 75% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuannya di bulan September.
“Pandangan tersebut sempat membuat harga Bitcoin melonjak hingga hampir US$ 60.000 di tengah meningkatnya volatilitas. Namun, sentimen negatif dan aksi taking profit membuat BTC kembali terjebak di zona bearish, turun ke harga sekitar US$ 57.000,” kata Fyqieh kepada Kontan.co.id, Jumat (12/7).
Meskipun angka inflasi AS yang positif, Fyqieh bilang, pasar kripto tetap berat dalam jangka waktu lama. Menurut dia, secara keseluruhan investor dan trader tetap berhati-hati karena pasar mengantisipasi dimulainya distribusi BTC milik kreditor bursa Mt. Gox yang sudah tutup.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa pemerintah Jerman terus menjual hampir 50.000 Bitcoin yang disita pada tahun 2013. Saat ini, Jerman memiliki Bitcoin senilai kurang dari US$ 285 juta yang tersisa untuk dijual, sehingga menyebabkan ketidakstabilan pasar yang mungkin akan berlangsung untuk beberapa waktu ke depan.
Baca Juga: El Savador Rajin Koleksi Bitcoin, Begini Prospeknya ke Depan
Di sisi lain, Fyqieh menuturkan, pasar ETF BTC spot AS memperpanjang arus masuk bersihnya sebesar US$ 46,7 juta pada Kamis (11/7), menambah total arus masuk bersih sebesar US$ 216,4 juta yang tercatat pada Rabu (10/7). Meskipun Grayscale Bitcoin Trust (GBTC) mengalami arus keluar bersih sebesar US$ 8,2 juta, ETF lainnya mencatatkan arus masuk signifikan.
“Kemudian, Crypto Fear & Greed Index juga masih menunjuk kekhawatiran dengan turun ke kategori "Extreme Fear" dengan 25 poin, anjlok dari "Fear" di posisi 29 poin pada Kamis,” imbuhnya.
Dia menjelaskan bahwa hal ini menunjukkan sentimen pasar yang semakin negatif di kalangan investor, mencerminkan ketidakpastian yang meningkat dan kekhawatiran tentang masa depan aset kripto.
Fyqieh menilai, meskipun beberapa indikator teknis dan analisis fundamental menunjukkan potensi pergerakan bullish di kuartal mendatang, situasi ini mengindikasikan bahwa banyak investor masih ragu-ragu dan cenderung menjual aset mereka untuk menghindari kerugian lebih lanjut.
Baca Juga: Program Pembelian Bitcoin El Salvador Dinilai Tak Berdampak Signifikan
“Namun, bagi sebagian analis dan trader berpengalaman, momen ini dianggap sebagai peluang untuk membeli aset dengan harga lebih rendah sebelum kemungkinan lonjakan harga di masa depan,” ujarnya.
Pergerakan Bitcoin Saat Ini
Fyqieh menjelaskan, saat ini, Bitcoin berada di bawah Exponential Moving Average (EMA) 50-day dan 200-day, mengirimkan sinyal harga bearish kepada para investor.
Kondisi ini menunjukkan tekanan jual yang signifikan dan potensi penurunan harga lebih lanjut jika BTC tidak mampu menembus level-level resistensi kunci.
Menurutnya, jika BTC berhasil menembus EMA 200-day, hal ini akan memberikan dukungan kuat untuk pergerakan menuju level resistensi US$ 60.365.
Baca Juga: Investor Kripto Menantikan Data Ekonomi AS
Dia pun menilai bahwa penembusan di atas level tersebut dapat membuka peluang bagi para investor untuk mencapai EMA 50-day, yang akan menjadi indikator bullish kuat lainnya.
“Dalam skenario ini, harga Bitcoin bisa mendapatkan momentum untuk naik lebih tinggi, memberikan sinyal positif kepada pasar,” kata Fyqieh.
Namun, Fyqieh bilang, jika Bitcoin gagal menembus zona resistensi US$ 58.000, maka harga dapat terus bergerak turun. Dukungan langsung pada sisi negatifnya berada di dekat level US$ 56.600.
Dia mencermati, jika penurunan Bitcoin di bawah level US$ 55.000, maka dapat menyebabkan tekanan jual lebih lanjut, membawa harga menuju level dukungan US$ 52.884.
Baca Juga: Bitcoin Kembali Menguat ke Level US$ 63.253, Simak Prospeknya
Selain analisis teknikal, Fyqieh mengatakan bahwa beberapa faktor eksternal juga perlu dipertimbangkan. Angka inflasi AS, penjualan BTC oleh pemerintah Jerman, dan arus masuk pasar ETF BTC spot AS dapat mempengaruhi sentimen pasar dan pergerakan harga Bitcoin.
“Para investor perlu memperhatikan faktor-faktor ini untuk membuat keputusan investasi yang lebih bijaksana,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News