Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan sudah ada 800 emiten yang telah mengirimkan laporan keuangan semester I-2025. Di mana, 74% di antara membukukan laba bersih.
Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK mengatakan, 53% di antaranya mencatatkan kinerja naik dibandingkan semester I-2024.
Kalau dilihat secara agregat, nilai laba bersih emiten naik 21,20% dibandingkan semester I-2024.
Baca Juga: Ini Tiga Sektor Dengan Pertumbuhan Laba Bersih Tinggi
“Kenaikan laba ini didominasi oleh sektor bahan baku, konsumer siklikal dan teknologi,” jelas Inarno dalam konferensi pers, Senin (4/8/2025).
Di sisi lain, sektor energi justru mengalami tekanan. Inarno menilai penurunan laba di sektor energi disebabkan oleh merosotnya pendapatan akibat tren harga komoditas energi.
“Energi merupakan salah satu sektor yang mengalami tekanan karena penurunan pendapatan dan juga keuangan yang disebabkan oleh menurunnya tren harga komoditas,” kata dia.
Namun Inarno bilang jumlah itu masih akan bertambah. Sebab beberapa emiten berencana menyampaikan laporan versi audited atau review terbatas pada Agustus hingga September.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mencermati rata-rata perusahaan tercatat yang sudah rilis kinerja, khususnya emiten big caps kinerjanya mengecewakan.
Baca Juga: Ini Sektor Penopang Laju Kredit Perbankan
“Namun masih ada emiten yang berhasil mencetak pertumbuhan sesuai dengan ekspektasi pasar” jelasnya kepada Kontan, Senin (4/8/2025).
VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi memproyeksikan kinerja para emiten, khususnya big caps akan cenderung lebih stabil hingga positif di paruh kedua 2025.
Ini seiring dengan sejumlah sentimen, yakni berlanjutnya pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral. Kiwoom Sekuritas memproyeksikan masih ada ruang bagi Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 20 bps–50 bps.
“Sehingga hal ini mendorong terjadinya rebalancing aset, termasuk investor dengan membuka kembali peluang pada high risk,” kata Audi.
Sentimen berikutnya terjaganya stabilitas ekonomi makro global. Terlebih dengan deeskalasi geopolitik, kesepakatan tarif Amerika Serikat (AS) dan normalisasi aktivitas ekonomi.
“Terakhir, stabilitas ekonomi dalam negeri seperti normalisasi nilai tukar rupiah, pertumbuhan PDB yang lebih solid dan daya beli yang masih terjaga,” ucap Audi.
Selanjutnya: Harga Minyak Dunia Turun, OPEC+ Tambah Produksi dan Picu Kekhawatiran Oversupply
Menarik Dibaca: Yuk Lihat Jadwal KRL Solo Jogja pada Selasa 5 Agustus 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News