Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Pengamat Pasar Modal Hans Kwee menyoroti selain karena faktor fundamental, gerak naik AMMN dan BREN terdorong oleh momentum sektoral. Laju saham AMMN bersamaan dengan lonjakan sejumlah saham di sektor barang baku serta prospek harga komoditas internasional yang cukup apik belakangan ini.
Sedangkan IPO BREN terjadi ketika investor dalam dan luar negeri menaruh minat terhadap saham-saham energi terbarukan. Di samping itu, AMMN dan BREN juga memiliki daya tarik lainnya, yakni berasal dari grup bisnis atau konglomerasi terkemuka.
Seperti diketahui, AMMN ditopang oleh Grup Medco dan Grup Salim. Sementara BREN berasal dari Grup Barito atau konglomerasi Prajogo Pangestu yang dalam beberapa waktu terakhir mengalami lonjakan harga signifikan.
Baca Juga: Saham BREN Paling Banyak Dilego Setelah BBRI, Cek 10 Saham Net Sell Terbesar Asing
William sepakat, faktor konglomerasi menjadi daya tarik sendiri, terutama bagi saham-saham yang baru IPO. "Faktor grup besar termasuk (pendorong harga), dan memang cukup sering menjadi alasan mengapa saham bisa menguat signifikan," ujar William.
Toh, jika ditelusuri saham-saham big caps di BEI saat ini masih dibanjiri oleh konglomerasi. Dominasinya cukup berimbang dengan saham perusahaan plat merah alias Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tengok saja 10 besar saham dengan market cap terbesar di BEI saat ini.
Terdiri dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), AMMN, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Astra Internasional Tbk (ASII), PT Chandra Asri Petrochemical tbk (TPIA), BREN, dan BBNI.
Baca Juga: Resmi Melantai di BEI, Barito Renewables (BREN) Melonjak 25% di Awal Perdagangan
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai kondisi tersebut terbilang wajar lantaran fundamental emiten ada dalam posisi yang apik. Apalagi disertai dengan tren pertumbuhan kinerja yang akan mendongkrak nilai perusahaan.
"Dengan begitu valuasinya terus menarik dan ditambah rajin bagi dividen, sehingga pasar terus mengoleksi sahamnya," ujar Sukarno.
Dari sederet saham big caps tersebut, Sukarno menilai saham big bank tetap menarik, diikuti oleh saham telekomunikasi (TLKM). Secara valuasi dan prospek kinerja, Martha menjagokan saham ASII, TLKM dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Baca Juga: Patok Harga IPO Rp 780, Begini Valuasi Barito Renewables (BREN)
Sedangkan William menyematkan rekomendasi buy untuk saham TLKM, BMRI, dan BBNI. Menurut William, saham big caps punya daya tarik lebih di periode akhir tahun ini. Katalis pendorongnya adalah antisipasi pasar terhadap musim rilis kinerja keuangan dan window dressing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News