Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) tampil gemilang dalam debutnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Emiten yang baru listing pada Senin (9/10) ini berhasil merangsek ke posisi 10 besar saham dengan kapitalisasi pasar jumbo (big caps).
BREN bertengger di posisi sembilan klasemen big caps, menyalip salah satu big bank, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) yang tergusur ke rangking 10.
Pasca tiga hari beruntun terbang ke level auto rejection atas (ARA), posisi market cap BREN mencapai Rp 202,69 triliun hingga Rabu (11/10).
Kiprah BREN ini meneruskan kinerja apik saham pendatang anyar lainnya yakni PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN). Emiten yang baru melantai pada 7 Juli 2023 ini kini ada di urutan kelima saham big caps dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 481,84 triliun.
Baca Juga: Menakar Prospek Saham Sejumlah Calon emiten Melantai di BEI Pekan Ini
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina mengamati rotasi di antara saham big caps wajar terjadi. Ada dua faktor kunci yang mendorong rotasi ini.
Pertama, dalam beberapa tahun terakhir semakin marak perusahaan berskala jumbo yang go public di BEI. Kedua, perubahan posisi big caps juga terkait dengan rotasi sektor yang sedang naik daun di pasar.
"Dulu big caps-nya di consumer, lalu berganti ke bank, waktu masa covid ada saham teknologi, ke depannya dimungkinkan ada perubahan lagi," kata Martha kepada Kontan.co.id, Rabu (11/10).
Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto mengatakan, rotasi sektoral memengaruhi peta saham big caps di BEI. Dia mencontohkan saat terjadi booming bank digital, harga dan nilai pasar PT Bank Jago Tbk (ARTO) sempat melejit.
Baca Juga: Berikut Rekomendasi Saham Barito Renewables (BREN) dari Analis
"Karena big caps yang lain sedang tidak perform, maka market caps-nya relatif kalah," ungkapnya.
Hanya saja, dengan bobot yang jumbo, William mengingatkan perubahan peta big caps bisa memengaruhi arah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Jika tren kenaikan saham big caps berakhir dan melemah signifikan, maka akan jadi pemberat gerak IHSG.
"Sampai ada saham baru yang kapitalisasinya melewati saham-saham ini," ujar William.
Baca Juga: Investor Asing Paling Banyak Melepas Saham-Saham Ini pada Perdagangan Senin (9/10)
Sejauh ini, beruntung kinerja saham big caps pendatang baru seperti AMMN dan BREN terbilang cemerlang. Sehingga bisa ikut menopang laju IHSG yang pada pekan ini masih konsisten menutup pasar di zona hijau.
Dominasi Konglomerasi dan BUMN
Pengamat Pasar Modal Hans Kwee menyoroti selain karena faktor fundamental, gerak naik AMMN dan BREN terdorong oleh momentum sektoral. Laju saham AMMN bersamaan dengan lonjakan sejumlah saham di sektor barang baku serta prospek harga komoditas internasional yang cukup apik belakangan ini.
Sedangkan IPO BREN terjadi ketika investor dalam dan luar negeri menaruh minat terhadap saham-saham energi terbarukan. Di samping itu, AMMN dan BREN juga memiliki daya tarik lainnya, yakni berasal dari grup bisnis atau konglomerasi terkemuka.
Seperti diketahui, AMMN ditopang oleh Grup Medco dan Grup Salim. Sementara BREN berasal dari Grup Barito atau konglomerasi Prajogo Pangestu yang dalam beberapa waktu terakhir mengalami lonjakan harga signifikan.
Baca Juga: Saham BREN Paling Banyak Dilego Setelah BBRI, Cek 10 Saham Net Sell Terbesar Asing
William sepakat, faktor konglomerasi menjadi daya tarik sendiri, terutama bagi saham-saham yang baru IPO. "Faktor grup besar termasuk (pendorong harga), dan memang cukup sering menjadi alasan mengapa saham bisa menguat signifikan," ujar William.
Toh, jika ditelusuri saham-saham big caps di BEI saat ini masih dibanjiri oleh konglomerasi. Dominasinya cukup berimbang dengan saham perusahaan plat merah alias Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tengok saja 10 besar saham dengan market cap terbesar di BEI saat ini.
Terdiri dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), AMMN, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Astra Internasional Tbk (ASII), PT Chandra Asri Petrochemical tbk (TPIA), BREN, dan BBNI.
Baca Juga: Resmi Melantai di BEI, Barito Renewables (BREN) Melonjak 25% di Awal Perdagangan
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai kondisi tersebut terbilang wajar lantaran fundamental emiten ada dalam posisi yang apik. Apalagi disertai dengan tren pertumbuhan kinerja yang akan mendongkrak nilai perusahaan.
"Dengan begitu valuasinya terus menarik dan ditambah rajin bagi dividen, sehingga pasar terus mengoleksi sahamnya," ujar Sukarno.
Dari sederet saham big caps tersebut, Sukarno menilai saham big bank tetap menarik, diikuti oleh saham telekomunikasi (TLKM). Secara valuasi dan prospek kinerja, Martha menjagokan saham ASII, TLKM dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Baca Juga: Patok Harga IPO Rp 780, Begini Valuasi Barito Renewables (BREN)
Sedangkan William menyematkan rekomendasi buy untuk saham TLKM, BMRI, dan BBNI. Menurut William, saham big caps punya daya tarik lebih di periode akhir tahun ini. Katalis pendorongnya adalah antisipasi pasar terhadap musim rilis kinerja keuangan dan window dressing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News