kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.327.000   -23.000   -0,98%
  • USD/IDR 16.635   -20,00   -0,12%
  • IDX 8.117   -154,57   -1,87%
  • KOMPAS100 1.129   -18,19   -1,59%
  • LQ45 825   -3,57   -0,43%
  • ISSI 283   -7,10   -2,45%
  • IDX30 433   -0,85   -0,20%
  • IDXHIDIV20 501   2,69   0,54%
  • IDX80 126   -1,00   -0,79%
  • IDXV30 137   0,20   0,15%
  • IDXQ30 139   0,50   0,36%

Emiten Ramai Tambah Kegiatan Usaha, Mana yang Prospektif?


Senin, 27 Oktober 2025 / 17:33 WIB
Emiten Ramai Tambah Kegiatan Usaha, Mana yang Prospektif?
ILUSTRASI. Suasana di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/10/2025). Belakangan, kian marak emiten yang memutuskan menambah atau mengubah kegiatan usaha atau Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). Analis menyebut ini sebagai sinyal adaptasi perusahaan di tengah dinamika ekonomi dan kompetisi yang tinggi. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/23/10/2025


Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan, kian marak emiten yang memutuskan menambah atau mengubah kegiatan usaha atau Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). Analis menyebut ini sebagai sinyal adaptasi perusahaan di tengah dinamika ekonomi dan kompetisi yang tinggi.

Melansir publikasi sejumlah emiten di Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) selama Oktober 2025, setidaknya ada 10 emiten yang berencana untuk menambah atau mengubah bidang usahanya pada bulan ini.

Salah satu di antaranya ialah PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI). Emiten telekomunikasi ini hendak menambah tiga KBLI baru untuk meningkatkan labanya, mencakup Perdagangan Besar Peralatan Telekomunikasi (KBLI 46523), Aktivitas Telekomunikasi Tanpa Kabel (KBLI 61200), dan Aktivitas Penyewaan dan Sewa Guna Usaha tanpa Hak Opsi Mesin, Peralatan, dan Barang Berwujud Lainnya YTDL (77399).

Manajemen WIFI berharap, penambahan usaha ini dapat meningkatkan efisiensi biaya opersional perseroan ke depan. Diperkirakan, laba usaha dan laba bersih WIFI akan meningkat masing-masing sekitar Rp 23 miliar dan Rp 18 miliar.

Baca Juga: Solusi Sinergi (WIFI) Rambah 3 Lini Bisnis Baru, Begini Rekomendasi Sahamnya

PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) juga punya rencana serupa, dengan menambah hingga 10 KBLI baru, di antaranya Konstruksi Sentral Telekomunikasi (KBLI 42206), Konstruksi Bangunan Prasarana Sumber Daya Air (KBLI 42911), Konstruksi Bangunan Pelabuhan Bukan Perikanan (KBLI 42912), Konstruksi Bangunan Sipil Minyak dan Gas Bumi (KBLI 42915).

Lalu, konstruksi Bangunan Sipil Pertambangan (KBLI 42916), Konstruksi Bangunan Sipil Panas Bumi (KBLI 42917), Konstruksi Bangunan Sipil Fasilitas Olahraga (KBLI 42918), Konstruksi Bangunan Sipil Lainnya Ytdl (KBLI 42919), Konstruksi Bangunan Sipil Fasilitas Pengolahan Produk Kimia, Petrokimia, Farmasi, dan Industri Lainnya (KBLI 42923), dan Konstruksi Khusus Bangunan Sipil Lainnya Ytdl (KBLI 42929).

Manajemen mengatakan, penambahan tersebut merupakan kebutuhan mendesak untuk menanggapi dinamika pasar dan teknologi konstruksi global.

Rencana pelebaran sayap juga telah dirancang PT Semen Baturaja Tbk (SMBR). Emiten semen ini akan memasukan Aktivitas Konsultasi Manajemen Lainnya (KBLI 70209) ke dalam lini usahanya. 

Penambahan ini dilakukan untuk mendukung integrasi operasional SMBR ke dalam kelompok usaha PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) sekaligus memberikan dasar hukum bagi kegiatan koordinasi penjualan dan manajemen di wilayah Jambi, Sumatera Selatan, dan Lampung.

Baca Juga: Tambah Kegiatan Usaha, TOTL Incar Penguatan Posisi di Sektor Konstruksi

Tak mau kalah, emiten produsen sekaligus distributor daging olahan PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF) juga akan menggarap lini bisnis baru berupa Pembibitan dan Budidaya Sapi Perah (KBLI 01412), Pembibitan dan Budidaya Kerbau Potong (KBLI 01413), Perdagangan Besar Binatang Hidup (KBLI 46205), dan Perdagangan Besar Susu dan Produk Susu (KBLI 46326).

Tak hanya itu, BEEF akan turut menjamah bidang bidang penyimpanan Penyimpanan (KBLI 52101), yang mencakup usaha penyimpanan barang sementara dengan tujuan komersial sebelum didistribusikan ke tujuan akhir.

Manajemen BEEF menyebut penambahan ini dilakukan guna memperkuat rantai pasok usaha BEEF sekaligus menjaga keberlanjutan pasokan protein hewani nasional.

Di sisi lain, PT Cakra Buana Resources Tbk (CBRE) melapor hendak mengubah kegiatan usahanya dari angkutan laut dalam negeri menjadi Angkutan Laut Luar Negeri untuk Barang Umum (KBLI 50141) dan Aktivitas Penunjang Angkutan Perairan Lainnya (KBLI 52229).

Kata manajemen CBRE, langkah ini dilakukan untuk mendiversifikasi layanan, menjangkau pasar luar negeri, serta memperkuat posisi CBRE dalam industri maritim nasional.

Baca Juga: Gelar RUPSLB, Minta Restu Estika Tata Tiara (BEEF) Diversifikasi Bisnis

Rekomendasi analis

Menurut Customer Engagement and Market Analyst Department Head, BRI Danareksa Sekuritas, Chory Agung Ramdhani, fenomena ini dapat dibaca sebagai respons emiten terhadap dinamika pasar tinggi. 

Hal ini bisa berarti tiga hal, salah satunya geliat ekspansi emiten yang menangkap peluang pertumbuhan baru. Selain itu, emiten juga ingin menyesuaikan diri dengan tren pasar, yang saat ini banyak dikuasai sektor teknologi, makanan-minuman, dan logistik. 

Tak hanya itu, upaya ini juga menjadi jalan pintas emiten untuk menyelamatkan usahanya di tengah ketidakpastian ekonomi. 

“Secara umum, fenomena ini lebih menggambarkan keharusan adaptasi di tengah perubahan kondisi ekonomi dan kompetisi, ketimbang ekspansi agresif semata,” terang Chory kepada Kontan, Senin (27/10/2025).

Meski cukup semarak, Chory mengingatkan, investor jangan asal memandang perubahan atau penambahan KBLI sebagai pertumbuhan baru semata. 

Sejumlah hal yang wajib dipantau investor di antaranya ialah kapabilitas dan rekam jejak sang emiten terhadap bidang baru yang dipijaknya.

Selain itu, penting pula mempertanyakan, apakah modal dan peta jalan usaha baru tersebut jelas atau hanya tempelan administratif semata.

Baca Juga: Jangkau Pasar Global, Cakra Buana (CBRE) Rogoh US$ 100 Juta untuk Beli Kapal Asing

Tak kalah penting, investor juga perlu jeli mencermati apakah sektor baru yang dijajaki prospektif dan berpotensi memperkuat nilai perusahaan, atau justru mengaburkan fokus inti bisnis usaha.

“Risiko gimmick market—harga naik sementara tanpa fundamental mendukung,” jelasnya.

Di antara emiten-emiten tersebut, Chory melihat WIFI tampak paling prospektif, mengingat perusahaan ini bergerak di sektor digital dan konektivitas yang tengah naik daun.

“Beberapa analis pasar menyebut potensi target harga di kisaran Rp 4.000, meski perlu dicatat risiko persaingan dan kebutuhan investasi besar,” ujarnya.

TGUK pun sama, karena berusaha masuk ke sektor konsumsi dasar yang prospektif. Namun dia memberi catatan, margin agribisnis cenderung ketat dan bergantung pada eksekusi rantai nilai, sehingga tingkat prospeknya moderat.

Selanjutnya: Cak Imin Sebut Kamboja Bukan Tempat yang Aman untuk Pekerja Migran

Menarik Dibaca: Rahasia Anggrek Putih Mekar Indah Sepanjang Tahun, Begini Cara Merawat Bunga Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×