Reporter: Namira Daufina | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Data manufaktur China menjadi penentu pergerakan harga platinum ke depan. Meski dalam sepekan terakhir harga platinum telah naik cukup tinggi, namun perhatian terhadap laporan data ekonomi China telah menggerus kekuatan tersebut.
Mengutip Bloomberg, Selasa (19/5) pukul 14.50 WIB harga platinum kontrak pengiriman Juli 2015 di bursa New York Merchantile Exchange merosot 1,01% ke level US$ 1.166 per ons troi dibanding hari sebelumnya. Namun, dalam sepekan terakhir harga platinum telah melambung 2,91% atau kenaikan mingguan tertinggi setidaknya dalam setahun terakhir.
Ibrahim, Analis dan Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka memaparkan, penurunan yang terjadi lebih karena kekhawatiran pelaku pasar terhadap rilis data manufaktur China. Hal ini karena rilis data manufaktur China diduga masih berkutat di bawah level 50.
Pada Kamis (21/5) mendatang, data manufaktur China April 2015 diperkirakan naik tipis menjadi 49,5 dari sebelumnya 48,9. “Walaupun naik, tapi masih di bawah 50 artinya masih terjadi resisi ekonomi,” tambah Ibrahim.
China sebagai salah satu negara konsumen terbesar platinum baik sebagai komponen otomotif maupun perhiasaan memberi sinyal bahwa permintaan belum akan membaik dalam waktu dekat. Lesunya perekonomian global akan menyeret harga platinum dari peluang penguatan.
“Permasalahan utang Yunani yang belum juga selesai ikut membuat perbaikan ekonomi Eropa diragukan,” kata Ibrahim. Ini bisa membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi Eropa pada 2015 yang diduga naik menjadi 1,5% terganjal.
“Tapi buat jangka pendek, faktor China akan menjadi perhatian utama,” jelas Ibrahim. Sampai Kamis (21/5) mendatang, pelaku pasar akan cenderung mengambil aksi wait and see. Harga baru akan terangkat kembali jika rilis data manufaktur China membaik di atas level 50.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News