Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli
Selaras dengan hal ini, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, rupiah melanjutkan tren penguatan pada akhir pekan akibat investor yang berekspektasi terjadi penurunan data Non-Farm Payroll. Penurunan data tersebut mengindikasikan bahwa pasar tenaga kerja AS mulai melonggar.
“Sehingga hal tersebut mendorong kemungkinan pemotongan suku bunga yang lebih cepat dari The Fed,”kata Joshua kepada Kontan.co.id, Sabtu (4/5).
Untuk pekan lalu, Josua juga melihat pergerakan rupiah diwarnai dari sentimen suku bunga. Penguatan rupiah sepanjang pekan lalu pun akibat sentimen FOMC serta ekspektasi melonggarnya pasar tenaga kerja AS.
Baca Juga: Rupiah Menguat di Pekan Ini, Berkat Data Perdagangan yang Solid dan Intervensi BI
Sementara untuk pekan ini, Josua memprediksi pergerakan rupiah akan cenderung bergerak dinamis, sejalan dengan rilis data ketenagakerjaan AS serta data pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal 1 2024.
“Kami perkirakan data-data tersebut akan mendukung sentimen risk-on berlanjut dan berpotensi mendorong apresiasi nilai tukar hingga di bawah 16.000 pada pekan ini,” ungkapnya.
Josua pun memperkirakan, pada perdagangan Senin (6/5), rupiah akan bergerak di kisaran Rp 15.950 - Rp 16.100 per dolar AS. Sedangkan Ibrahim, memproyeksi untuk perdagangan esok hari, (6/5) rupiah akan lanjut menguat di rentang Rp 16.030-Rp 16.120 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News