kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.943.000   -7.000   -0,36%
  • USD/IDR 16.306   -72,00   -0,44%
  • IDX 7.490   -13,57   -0,18%
  • KOMPAS100 1.062   5,79   0,55%
  • LQ45 796   5,98   0,76%
  • ISSI 254   -0,56   -0,22%
  • IDX30 410   -1,10   -0,27%
  • IDXHIDIV20 470   0,28   0,06%
  • IDX80 120   0,90   0,75%
  • IDXV30 124   0,93   0,76%
  • IDXQ30 131   0,00   0,00%

Menilik Gerak Saham Domestik yang Tergabung dalam Indeks MSCI


Jumat, 08 Agustus 2025 / 04:30 WIB
Menilik Gerak Saham Domestik yang Tergabung dalam Indeks MSCI
ILUSTRASI. Sejak awal tahun 2025, sejumlah saham mengalami perombakan dalam keanggotaan indeks MSCI. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo


Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun 2025, sejumlah saham mengalami perombakan dalam keanggotaan indeks MSCI. 

Pada pembaruan edisi Februari 2025 lalu misalnya, MSCI mencoret tiga emiten di bursa seperti PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dari daftar MSCI Global Standard Indexes. 

Sebagai gantinya, INKP dan MDKA dialihkan ke MSCI Small Cap Index, bersama dengan masuknya PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO).

Selanjutnya, pada pembaruan Mei 2025, MSCI kembali menambah anggota baru di indeks Small Cap, yakni PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA).

Analis MNC Sekuritas PIK Hijjah Marhama menilai perubahan posisi saham dalam indeks MSCI bisa menjadi sentimen negatif, terutama bagi saham-saham yang sebelumnya berada di indeks MSCI Global Standard, namun kemudian turun ke kategori MSCI Small Cap, seperti INKP dan MDKA

Baca Juga: Harga Saham BREN Beberapa Hari Terakhir Tertahan, Peluang Masuk MSCI Tipis?

"Tentu menekan pergerakan harga saham karena ekspektasi foreign flow yang porsinya menurun," kata Hijjah kepada Kontan, Kamis (7/8).

Ia mencontohkan, setelah pengumuman pada Februari lalu, saham INKP sempat terkoreksi hingga 29% dalam waktu dua bulan, turun dari level Rp 6.000 ke posisi terendah Rp 4.290 pada 9 April 2025. Nasib serupa dialami MDKA yang anjlok 32% dalam periode yang sama.

"Yang paling berpengaruh untuk jangka lebih panjang adalah saham yang benar-benar new entry, karena seperti aliran dana segar baru bagi sahamnya," ujar Hijjah.

Lebih lanjut, Hijjah menekankan indeks MSCI menjadi acuan penting bagi manajer investasi global. Dari perubahan komposisi indeks, pelaku pasar bisa mengidentifikasi saham yang bobotnya ditambah, yang kembali masuk (re-entry), maupun yang mengalami pengurangan bobot (underweight).

Menurutnya, perubahan tersebut tidak hanya berdampak langsung pada saham terkait, tetapi juga bisa memengaruhi pergerakan saham lain dalam sektor yang sama atau yang memiliki hubungan afiliasi.

Di sisi lain, Hijjah mengingatkan arus dana asing bersifat dinamis dan cenderung jangka pendek. Dus, investor tetap perlu mempertimbangkan prospek fundamental emiten secara menyeluruh, termasuk kaitannya dengan kondisi global, potensi pertumbuhan fundamental bisnis, aksi korporasi, hingga sentimen pasar.

Baca Juga: Saham Konglomerasi Berpotensi Masuk Indeks MSCI

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy menjelaskan saham-saham yang baru masuk ke dalam indeks MSCI, terutama saham berkapitalisasi besar umumnya akan mendapatkan sentimen positif seiring dengan masuknya investor institusi asing sesuai dengan bobot saham tersebut dalam indeks.

Akan tetapi, dampak dari sentimen MSCI terhadap pergerakan saham dinilai tidak berlangsung lama, "Paling hanya sekitar satu pekan, lalu kembali stabil," terang Budi kepada Kontan, Rabu (7/8).

Sementara, Managing Director Research PT Samuel Sekuritas Indonesia Harry Su menilai keberadaan suatu saham dalam indeks MSCI mampu berdampak terhadap pergerakan harga. Pasalnya, banyak fund manager asing yang tolok ukurnya mengacu pada indeks MSCI.

"Tentunya ada pengaruh," tambah Harry singkat kepada Kontan, Kamis (7/8).

Adapun menurut Hijjah, saat ini saham MDKA memiliki katalis positif seiring dengan potensi rebound harga tembaga. Ia menilai ada peluang bagi MDKA ke level Rp 3.000, dengan stop loss di kisaran Rp 2.200.

Sementara itu, untuk saham MTEL, permintaan terhadap menara telekomunikasi dinilai tetap stabil. Perusahaan juga terus memperkuat bisnis serat optik dan mulai mengadopsi sistem RCS, yang mencerminkan strategi diversifikasi usaha yang solid. Menurut Hijjah, prospek jangka panjang MTEL cukup menjanjikan, dengan target harga di level Rp 780 dan stop loss di kisaran Rp 560.

Selanjutnya: 2 Promo Istimewa DAMRI untuk Rayakan HUT RI, Harga Tiket Lebih Ekonomis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×