Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,12% ke level Rp 15.599 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (15/3). Dalam sepekan, rupiah melemah 0,06% dari penutupan pekan lalu yang ada di level Rp 15.590 per dolar per dolar AS.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menjelaskan, rupiah dibuka melemah pada Jumat (15/3) akibat data Indeks Harga Produsen (IHP) AS yang meningkat melebihi ekspektasi. Kemudian, pelemahan rupiah berlanjut pada awal sesi sejalan dengan penurunan surplus neraca dagang, yang mendorong kekhawatiran terhadap transaksi berjalan Indonesia.
"Namun, pada sesi kedua, depresiasi rupiah terpotong, hingga rupiah ditutup melemah 0,12% ke level 15.595 per dolar AS," kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat malam (15/3).
Baca Juga: Kurs Rupiah Diprediksi Lanjut Melemah Senin (18/3)
Josua mengatakan, beberapa sentimen yang membuat rupiah melemah dalam sepekan yaitu, adanya rilis data sektor tenaga kerja Amerika Serikat (AS) pekan lalu yang menunjukkan tingkat pengangguran meningkat pada Februari 2024. Selain itu, The Fed memperkirakan ekonomi AS akan tumbuh lebih rendah sebesar 1,4% pada tahun 2024 dibandingkan pada tahun 2023 yang sebesar 2,5%.
Sentimen lainnya datang dari serangkaian data ekonomi AS yang juga sedang mengecewakan. Salah satunya seperti data ekonomi Indeks Manajer Pembelian (PMI) ISM AS yang melemah pada pekan lalu, dan inflasi PCE Amerika Serikat yang sudah mulai termoderasi.
Sedangkan untuk sentimen dalam negeri, Josua bilang, datang dari data penjual ritel Indonesia yang lebih baik mendukung rupiah. Namun data perdagangan yang dirilis pada Jumat (15/3) lalu, jauh lebih lemah dari perkiraan menekan rupiah. Dengan begitu, rupiah diperkirakan masih berpotensi tertekan menjelang pertemuan FOMC.
"Sehingga investor terus menantikan hasil dari rapat dewan gubernur Bank Indonesia," kata dia.
Baca Juga: Rupiah Melemah 0,06% dalam Sepekan, Begini Proyeksinya untuk Senin (18/3)
Sementara itu, pada pekan depan, Josua memperkirakan rupiah akan bergerak cenderung sideways menjelang pengumuman FOMC pada 21 Maret dini hari. Dia memprediksi the Fed masih akan mempertahankan stance seperti pengumuman bulan Desember 2023 lalu, di mana the Fed akan memotong suku bunganya sebesar 75bps di tahun 2024.
"Afirmasi tersebut masih akan sejalan dengan ekspektasi para investor," Kata Joshua.
Josua mengatakan bahwa rupiah akan berpotensi menguat terbatas pasca pengumuman FOMC. Josua memprediksi, rupiah pada pekan depan berpotensi bergerak di kisaran Rp 15.525 per dolar AS-Rp 15.675 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News