Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kurs rupiah berpotensi menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin (22/1). Rupiah spot terpantau melemah 0,42% secara mingguan dan menguat tipis 0,06% secara harian ke posisi Rp 15.615 per dolar AS, Jumat (19.1). Rupiah Jisdor BI melemah sekitar 0,44% secara mingguan dan menguat tipis 0,01% secara harian ke posisi Rp 15.628 per dolar AS, Jumat (19/1).
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menuturkan, data penjualan ritel Amerika yang kuat dan serangkaian komentar yang cenderung hawkish dari pejabat The Fed minggu ini memicu meningkatnya keraguan bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya pada bulan Maret 2024.
Pedagang juga terlihat secara tajam mengurangi taruhan pada pemotongan suku bunga di bulan Maret, menurut alat CME Fedwatch. Para pedagang sekarang memperkirakan peluang sebesar 51,9% untuk pemotongan suku bunga di bulan Maret, turun tajam dari 68,3% yang terlihat pada minggu lalu.
“Tanda-tanda ketahanan perekonomian AS baru-baru ini memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama,” ujar Ibrahim dalam risetnya, Jumat (19/1).
Ibrahim memperkirakan rupiah dapat menguat tipis dalam rentang Rp 15.590 per dolar AS–Rp 15.650 per dolar AS, Senin (22/1).
Baca Juga: Mata Uang Komoditas Melemah di Awal 2024, Simak Prospeknya
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengamati, rupiah berpotensi bisa menguat terhadap dolar AS di perdagangan awal pekan depan, Senin (22/1). Proyeksi itu menyusul pelemahan dolar, setelah data menunjukkan penjualan rumah di AS turun ke tingkat terendah dalam 13 tahun.
Namun, Lukman menilai, penguatan rupiah kemungkinan terbatas mengingat survei Michigan yang menunjukkan sentimen konsumen yang kuat, serta pernyataan hawkish pada akhir pekan dari Presiden Federal Reserve San Francisco Mary Daly.
Dengan absennya data penting dari domestik, maka sentimen utama investor adalah kondisi risk-on di pasar, dengan indeks S&P menyentuh rekor tertinggi. Sentimen positif tersebut diharapkan akan diikuti oleh pasar Asia.
“Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS yang melemah,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Minggu (21/1).
Lukman menyebutkan, rupiah selama pekan ini masih dipengaruhi oleh pergerakan dolar AS. Dari domestik, data perdagangan menunjukkan surplus besar yang berada di atas perkiraan. Selain itu, rupiah dipengaruhi Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang mengulangi pernyataan untuk mempertahankan kebijakan dalam upaya preemptive mendukung rupiah.
Lukman memproyeksi rupiah menguat terbatas pada kisaran Rp 15.550 per dolar AS–Rp 15.650 per dolar AS di perdagangan Senin (22/1).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News