Reporter: Annisa Aninditya Wibawa, Maggie Quesada Sukiwan, Wahyu Satriani | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Beruntunglah Anda yang mendekap erat dollar Amerika Serikat (AS). Saat portofolio investasi sedang loyo dan membawa kerugian, harga dollar terhadap rupiah naik paling tinggi.
Lihat saja, setahun terakhir sampai dengan 30 Desember 2015, dollar AS menguat 10,88% terhadap rupiah. Alhasil, simpanan dollar AS keluar sebagai pemenang instrumen investasi sepanjang tahun 2015. Imbal hasil dollar mengalahkan kinerja saham, reksadana, deposito, obligasi pemerintah dan emas.
“Orang yang memegang dollar AS untung besar. Apalagi kalau mereka simpan di deposito, bisa mendapat tambahan return lumayan,” kata Hanif Mantiq, Senior Fund Manager BNI Asset Management, kepada KONTAN, Rabu (30/12).
Posisi runner up dipegang obligasi korporasi. Mengacu pada indeks obligasi INDOBeX Corporate Total Return dari Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), rata-rata obligasi korporasi memberi imbal hasil (return) sebesar 9,88% dalam setahun terakhir.
Jika mengacu data Infovesta Utama, return obligasi korporasi sejak awal tahun hingga 29 Desember sebesar 7,03%. Analis Infovesta Utama Mark Prawirodidjojo menambahkan, secara umum instrumen obligasi jadi tempat berlindung saat pasar saham tengah tertekan. Instrumen ini dinilai bersifat defensif.
Sebenarnya, kata Analis IBPA Roby Rushandie, pasar obligasi sepanjang tahun 2015 relatif fluktuatif akibat tekanan sentimen global. "Namun, paket kebijakan ekonomi pemerintah menciptakan ekspektasi positif," kata Robby.
Ada yang membawa hoki, ada pula yang babak belur. Di kategori ini, reksadana saham paling sial. Periode yang sama, rata-rata nilai reksadana saham minus 15,43%. Saham di tempat kedua sebagai instrumen investasi paling merugikan.
Mengacu pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), setahun terakhir pasar saham minus 12,13%.
Saham bisa bangkit
Nah, Hanif melihat, kendati tahun ini juara, tahun depan dollar tak memberikan hasil seoptimal tahun ini. Sebab, prediksinya, dollar hanya menguat ke level 14.000.
Justru instrumen investasi yang berpeluang mencetak return tertinggi adalah saham. Prediksinya, IHSG bisa bertengger di level 5.500. Artinya, pasar saham domestik berpotensi naik 19,74% dari posisi saat ini.
Mark sepakat, investasi saham bakal memberikan return tertinggi, antara 10%-15%. Sementara return reksadana saham berkisar antara 11%- 15%, reksadana campuran 9%- 12% dan reksadana pendapatan tetap 7%-8%.
Namun Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengingatkan bahwa laju harga saham tahun depan tetap bergantung pada ekonomi domestik. Jika ekonomi tumbuh 5%, Satrio memproyeksikan IHSG bisa bertengger di level 5.400-5.500.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News