kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.917.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.325   -25,00   -0,15%
  • IDX 7.379   92,25   1,27%
  • KOMPAS100 1.042   3,89   0,37%
  • LQ45 790   2,14   0,27%
  • ISSI 245   3,44   1,43%
  • IDX30 409   1,44   0,35%
  • IDXHIDIV20 468   1,34   0,29%
  • IDX80 117   0,44   0,38%
  • IDXV30 119   0,56   0,47%
  • IDXQ30 130   0,18   0,14%

Jelang bunga naik, dollar AS jadi buruan


Selasa, 15 Desember 2015 / 12:56 WIB
Jelang bunga naik, dollar AS jadi buruan


Reporter: Christine Novita Nababan, Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Rencana Bank Sentral AS, The Federal Reserve mengerek bunga acuan  dalam rapat 15-16 Desember langsung berimbas ke dollar Amerika Serikat (AS).  Bahkan, dollar AS diyakini kian perkasa hingga tahun depan.

Sinyal penguatan dollar ini tertangkap pasca sejumlah bank besar dunia seperti Deutsche Bank, Barclays, Morgan Stanley, BPNP Paribas, Credit Suisse, UBS Group AG, BNP Paribas dan Goldman Sachs melakukan transaksi memburu dollar hingga US$ 5,3 triliun per hari di pasar mata uang.

Mereka getol memburu dollar menjadi tanda bahwa mata uang Paman Sam ini akan menjadi buruan tahun depan. Apalagi, mereka juga kompak merekomendasikan beli mata uang greenback kepada investor. 

Deutsche Bank AG, semisal. Pedagang mata uang terbesar kedua versi Euromoney itu yakin, dollar AS masih memiliki banyak ruang untuk reli dalam dua tahun ke depan.

Goldman Sachs Group Inc, Barclays Plc dan Credit Suisse Group AG juga satu suara meramal akan penguatan dollar AS ke depan.  Apalagi, The Fed akan menaikkan suku bunganya. "Kami menduga dollar AS menguat tahun depan," kata Todd Elmer, ahli strategi mata uang Citigroup Inc di Singapura seperti dilansir Bloomberg, kemarin.

Merujuk Bloomberg Dollar Spot Index, sepanjang tahun ini, dollar AS nyatanya telah menguat 8%. Tahun lalu, dollar AS menguat 11%. Sejak Oktober 2015, laju dollar AS bangkit, setelah The Fed mengisyaratkan kenaikan bunga di pertemuan pekan ini.

Penguatan mata uang Paman Sam membuat proyeksi mata uang lain  menjadi suram. Dollar Australia diyakini bakal kian tertekan. Tahun ini, dollar Australia anjlok 12% yang dipicu melemahnya permintaan bijih besi,  komoditas ekspor utama negara ini. Barclays, Morgan Stanley, BNP Paribas, Credit Suisse, Danske Bank A/S menyarankan investor melepas dollar Australia. 

Begitu juga yuan. Masuknya yuan ke kurs Dana Moneter Internasional (IMF) tak menolong. Mata uang China akan tergerus penguatan dollar AS.  David Woo, Kepala Strategi Valas Bank of America menebak, yuan akan melemah 10% terhadap dollar AS di 2016. 

Maraknya perburuan dollar AS  berpotensi mengikis kurs rupiah. Josua Pardede, ekonom Bank Permata bilang, di semester I 2016, rupiah rawan tekanan. Beban itu datang dari tingginya risiko eksternal seperti langkah moneter Bank Sentral Eropa, ekonomi China dan peluang kenaikan bunga The Fed tahap selanjutnya.

Masuk paruh kedua, rupiah punya daya dongkrak, utamanya dari internal. Seperti proyek infrastruktur yang berjalan, iklim investasi membaik, cadangan devisa  yang naik lagi, serta realisasi rangkaian paket kebijakan ekonomi tahun ini. Dengan skenario itu Josua menduga, kurs rupiah bergulir di Rp 13.800 – Rp 14.400 per dollar AS di 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×