Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Noverius Laoli
Menurut Ibrahim, pasar lebih memperhatikan China ketimbang sentimen pengurangan PLTU di Jerman pasalnya China notabenenya merupakan negara importir batubara terbesar di dunia.
“90% penggunaan batubara ada di China. China dengan penduduk hampir 3 miliar. Dengan penduduk begitu besar sehingga memengaruhi perekonomian. Saat terjadi corona mengakibatkan kurangnya permintaan sehingga wajar secara spekulasi harganya turun,” kata Ibrahim.
Baca Juga: Rupiah melemah terpapar virus corona, begini prediksinya untuk besok
Ke depan menurut Ibrahim masih ada harapan harga batubara akan kembali menguat terutama jika virus corona dapat diselesaikan dengan baik. Pasalnya menurut Ibrahim virus corona yang saat ini sedang marak dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi China dan memengaruhi permintaan batubara dari China.
“Virus corona harus cepat diselesaikan karena virus corona ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di China. Karena kalau mandek akan berdampak pada PDB China. Saat ini PDB China diproyeksikan 6%, itu sudah angka minimal. Dengan adanya virus corona ini, S&P prediksi ada pengurangan PDB 1,2% dari proyeksi 6% tersebut,” tutur Ibrahim.
Baca Juga: Virus corona belum terbendung, rupiah kembali melemah pada penutupan hari ini
Hingga akhri tahun 2020 sendiri, Ibrahim nilai harga batubara akan bergerak dalam rentang US$ 60-US$ 85 di akhir tahun 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News