kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dampak virus corona mulai menekan harga komoditas termasuk batubara


Kamis, 30 Januari 2020 / 19:05 WIB
Dampak virus corona mulai menekan harga komoditas termasuk batubara
ILUSTRASI. Pekerja menyiram batubara asal Sumatera yang akan diolah sebelum dikirim ke industri di penimbunan sementara Cilincing, Jakarta Utara (7/2).


Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara kembali melempem terdorong oleh kekhawatiran pasar terkait virus corona. Maraknya virus corona telah menyebabkan lebih dari 150 korban jiwa di China.

Virus corona juga mulai berdampak negatif pada harga komoditas seperti batubara. Selain sentimen virus corona, Jerman yang menutup 100 lebih pembangkit listrik tenaga batubara juga turut mendorong pelemahan harga batubara.

Baca Juga: Bila virus corona tak mereda, analis meramal The Fed akan pangkas suku bunga di 2020

Mengutip Bloomberg, harga batubara di Ice New Coal Future Indeks harga batubara saat ini kembali turun ke level terendah setidaknya sejak Desember 2019 lalu dimana harga batubara saat ini menyentuh harga US$ 67.30.

Direktur Utama PT.TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, sentimen penurunan harga batubara lebih banyak dipengaruhi sentimen virus corona ketimbang pengurangan permintaan Jerman pasca penutupan 100 pembangkit listrik tenaga batubara.

Harga komoditas berguguran termasuk batubara karena virus corona di China terus mengalami pertambahan korban jiwa. Sementara hingga saat ini WHO belum mendeklarasikan corona sebagai darurat kesehatan internasional.

Baca Juga: Jokowi memutuskan mengevakuasi 234 WNI dari Hubei, China

"Akibat dari virus corona mengakibatkan Wuhan ditutup sehingga akan menurunkan daya saing, konsumsi dan pariwisata yang menyebabkan S&P menurunkan pertumbuhan ekonomi China,” jelas Ibrahim kepada Kontan, Kamis (30/1).

Selain itu penurunan harga batubara di pasar juga didorong telah berakhirnya musim dingin di negara-negara barat sehingga permintaan kebutuhan untuk penghangat juga menurun.

Menurut Ibrahim, pasar lebih memperhatikan China ketimbang sentimen pengurangan PLTU di Jerman pasalnya China notabenenya merupakan negara importir batubara terbesar di dunia.

“90% penggunaan batubara ada di China. China dengan penduduk hampir 3 miliar. Dengan penduduk begitu besar sehingga memengaruhi perekonomian. Saat terjadi corona mengakibatkan kurangnya permintaan sehingga wajar secara spekulasi harganya turun,” kata Ibrahim.

Baca Juga: Rupiah melemah terpapar virus corona, begini prediksinya untuk besok

Ke depan menurut Ibrahim masih ada harapan harga batubara akan kembali menguat terutama jika virus corona dapat diselesaikan dengan baik. Pasalnya menurut Ibrahim virus corona yang saat ini sedang marak dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi China dan memengaruhi permintaan batubara dari China.

“Virus corona harus cepat diselesaikan karena virus corona ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di China. Karena kalau mandek akan berdampak pada PDB China. Saat ini PDB China diproyeksikan 6%, itu sudah angka minimal. Dengan adanya virus corona ini, S&P prediksi ada pengurangan PDB 1,2% dari proyeksi 6% tersebut,” tutur Ibrahim.

Baca Juga: Virus corona belum terbendung, rupiah kembali melemah pada penutupan hari ini

Hingga akhri tahun 2020 sendiri, Ibrahim nilai harga batubara akan bergerak dalam rentang US$ 60-US$ 85 di akhir tahun 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×