Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kuota impor komoditas strategis bakal dihapus, meski begitu prospek PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) tetap dipandang positif pada 2025. Stabilitas harga bahan baku menjadi penopangnya.
Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Ahmad Iqbal Suyudi menuturkan, rencana pemerintah untuk membuka keran impor berpotensi berdampak pada penjualan dari sektor peternakan komersil. Persaingan dengan produk impor akan membuat pasokan daging melimpah yang berpotensi menurunkan harga jual daging.
Oleh karena itu, ada potensi penurunan penjualan dari JPFA jika keran impor tidak diatur. "Namun dengan level rupiah saat ini, dampak membuka keran impor belum menunjukan potensi dampak yang signifikan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (10/4).
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo sepakat bahwa pembukaan keran impor dapat mempengaruhi harga ayam. "Yang dikhawatirkan berpotensi memberikan dampak negatif pada kinerja JPFA," sambungnya.
Penurunan harga ayam terlihat di kuartal I 2025. Sejak awal tahun, rata-rata harga ayam broiler pada minggu kedua di bulan Maret 2025 sebesar Rp 19,5 ribu per kilogram, menandai penurunan sebesar 3,4% dibandingkan dengan rata-rata harga ayam broiler di kuartal I 2025 sebesar Rp 20 ribu per kilogram.
Baca Juga: Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) akan Buyback Saham Senilai Rp 470 Miliar
Walau begitu, penurunan harga itu mampu diimbangi oleh stabilitas harga jagung dan bahan baku lainnya. Ini seiring pemerintah yang juga berencana untuk menghentikan impor jagung.
Analis NH Korindo Sekuritas Ezaridho Ibnutama memaparkan pemerintah telah mengalokasikan Rp 44,1 triliun untuk program subsidi pupuk komoditas pangan, menawarkan HPP jagung sebesar Rp 5.500 kepada petani lokal atau naik 10% dari Rp 5.000 pada tahun 2024.
Selain itu, produksi kedelai tahunan tetap rendah sebesar 349 ton pada tahun 2023, sementara kebutuhan dalam negeri mencapai 2,5 juta ton, yang menyebabkan ketergantungan impor kedelai mencapai 83% pada tahun 2023.
"Namun, area perkebunan kedelai dalam negeri mengalami pertumbuhan yang progresif sebesar 5,5% CAGR dalam 3 tahun terakhir (FY20-FY23) yang didukung oleh fokus pemerintah untuk memperluas area perkebunan komoditas pangan utama sebesar 4 juta hektar.
Ezaridho juga menyebutkan bahwa prospek JPFA juga didorong oleh program Makan Bergizi Gratis (MBG). Ia menuturkan, sebagai pemain kunci dalam program MBG, JPFA mungkin berada dalam posisi yang menguntungkan karena pemerintah menargetkan 82,9 juta penerima manfaat pada tahun 2027.
Pemerintah telah menetapkan target jangka pendek sebesar 3 juta penerima manfaat pada bulan April 2025. Pada pertengahan Maret 2025, MBG mencapai 2,05 juta penerima manfaat atau mencapai 67% dari target 3 juta penerima manfaat sebelum April 2025, diikuti oleh SPPG yang mencapai 726 atau 72,6% kemajuan dari total target pemerintah yaitu 1.000 SPPG pada tahun fiskal 2025.
Karenanya, Ezaridho memperkirakan pendapatan JPFA bertumbuh 9,03% menjadi Rp 60,84 triliun di 2025. Sementara laba bersih diperkirakan tumbuh tipis atau 0,93% menjadi Rp 3,24 triliun.
NH Korindo mempertahankan rating buy JPFA dengan target harga Rp 2.500. Lalu, Edvisor Provina Visindo juga merekomendasikan buy dengan target harga Rp 2.400 - Rp 2.500.
Sementara Aziz menyarankan untuk trading jangka pendek hingga menengah dengan memanfaatkan adanya potensi teknikal rebound. "Kami merekomendasikan JPFA dengan target Rp 2.000 - Rp 2.010 dan support Rp 1.885 - Rp 1.875," tutupnya.
Selanjutnya: Saham Bank Pelat Merah Menguat Jelang Cum Date, Cek Rekomendasi Analis
Menarik Dibaca: Harga OPPO A18 Terbaru April 2025, HP 1 Jutaan dengan Spesifikasi Menggiurkan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News