Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 20 - 21 Februari 2024 memutuskan suku bunga acuan tetap bertahan di level 6%. Meski sesuai dengan ekspektasi pasar, tapi hal ini tidak cukup kuat mengangkat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ke zona hijau.
Dominan bergerak di jalur merah pada perdagangan Rabu (21/2), IHSG sempat ambles ke bawah level 7.300. Namun IHSG melejit di akhir perdagangan dan berhasil memangkas pelemahan menjadi hanya setipis 0,05%, yang membawa IHSG ke posisi 7.349,02.
Research Analyst Phintraco Sekuritas, Nurwachidah mengamati antisipasi pasar terhadap hasil RDG BI sudah terefleksikan pada hari sebelumnya, Selasa (20/2), dimana IHSG menguat 0,77%. Sedangkan pada perdagangan Rabu, antisipasi pasar bergeser ke sentimen eksternal, khususnya risalah FOMC Minutes.
"FOMC Minutes akan menjadi petunjuk penting bagi pelaku pasar untuk memperoleh arah kebijakan penurunan suku bunga The Fed. Pasar memperkirakan potensi penurunan suku bunga terdekat di Juni 2024," kata Nurwachidah kepada Kontan.co.id, Rabu (21/2).
Baca Juga: IHSG Melemah Hari Ini, Simak Proyeksi dan Rekomendasi Saham untuk Kamis (22/2)
Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata menyampaikan, BI-Rate tetap bertahan sesuai ekspektasi, karena BI akan terlebih dulu menunggu langkah dari The Fed. Menurut polling, bank sentral Amerika Serikat (AS)tersebut diproyeksikan baru akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis points sekitar bulan Juni.
The Fed akan mempertimbangkan perkembangan indikator ekonomi di AS. Di sisi yang lain, BI juga harus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. "Jadi kita baru akan memikirkan kemungkinan potong suku bunga jika The Fed sudah melakukan lebih dulu," kata Liza.
Research Associate Panin Sekuritas Sarkia Adelia Lukman menambahkan, berbagai rilis data indikator ekonomi AS dapat memengaruhi keputusan The Fed untuk tidak menurunkan suku bunga dalam waktu dekat. Dus, keputusan BI yang menahan suku bunga acuan diharapkan bisa menjaga stabilitas makro ekonomi.
Sedangkan terhadap pasar saham, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina menimpali bahwa hasil RDG BI belum banyak menjadi faktor penggerak. Martha mengamati IHSG yang hanya turun tipis saat penutupan lebih terdorong oleh lonjakan sejumlah saham big caps di akhir perdagangan.
Contohnya pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM). Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto sepakat, keputusan BI menahan suku bunga acuan tidak memberikan dampak signifikan bagi arah IHSG.
Secara teknikal, pergerakan IHSG saat ini masih menjadi bagian dari pengujian support di level 7.300. "Biasa saja (BI mempertahankan suku bunga acuan) tidak menjadi sentimen yang menghasilkan tren baru," kata William.
Arah IHSG & Rekomendasi Saham
Terkait arah IHSG, lanjut Sarkia, masih akan terpangaruh oleh faktor eksternal seperti perkembangan ekonomi global, inflasi AS dan suku bunga The Fed. Sedangkan dari dalam negeri, investor masih akan mencermati dinamika politik pasca Pemilihan Umum (Pemilu) & Pemilihan Presiden (Pilpres).
Hitungan Sarkia, IHSG saat ini bergerak pada rentang support 7.274 dan resistance di 7.400. Liza turut menyoroti sentimen dari Pilpres yang hampir dipastikan hanya berlangsung satu putaran, sehingga lebih cepat membawa kepastian bagi pasar.
Hal ini bisa memacu arus dana dari investor asing (capital inflow) mengalir kian deras dan mendorong market yang lebih bullish. Prediksi Liza, secara bertahap IHSG berpeluang melaju ke level 7.400, sebelum menuju ke target berikutnya pada area 7.600 - 7.700.
Baca Juga: Manulife Aset Manajemen: Pasar Bereaksi Positif Terhadap Hasil Quick Count Pemilu
Sementara Nurwachidah mengingatkan IHSG dalam jangka pendek berpotensi mengalami fluktuasi, akibat kondisi global yang masih belum stabil. Nurwachidah memprediksi laju IHSG ada di area 7.250 - 7.380.
Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih memperkirakan IHSG masih berada dalam rentang support 7.250 dan resistance pada 7.400. Di tengah suku bunga yang masih tinggi dan depresiasi nilai tukar rupiah, Ratih menilai saham dari sektor konsumsi (consumer) dan metal mining berbasis ekspor, layak untuk dicermati.
Sebaliknya, sektor yang terpapar katalis negatif dari tingginya suku bunga adalah saham konstruksi, teknologi dan properti. Namun, Ratih memberikan catatan prospek sektor properti masih bisa terjaga oleh insentif pemerintah berupa Pajak Pertambahan Nlai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) yang dapat mendorong marketing sales.
Sarkia memandang saham di sektor keuangan khususnya perbankan masih menarik. Sedangkan saham yang cenderung terpapar katalis negatif ada di sektor teknologi, lantaran terdampak pada peningkatan biaya pinjaman.
Baca Juga: Berprospek Cerah Usai Pemilu, Begini Rekomendasi Saham Emiten Transportasi
Nurwachidah menyarankan mulai mengantisipasi penurunan suku bunga, yang dapat menggerakkan saham di sektor sensitif (rate-sensitive) seperti properti dan keuangan.
Saran Nurwachidah, buy secara bertahap saham properti seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON).
Selain itu, untuk saham perbankan ada tambahan katalis positif menjelang musim pembagian dividen. Dia memilih BBCA, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).
Martha turut melihat musim pembagian dividen akan menambah daya tarik bagi saham bank, terutama empat bank big caps. Rekomendasi Martha, koleksi BMRI dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan strategi buy on weakness.
Sarkia juga menjagokan saham empat bank big caps yakni BBCA, BMRI, BBNI dan BBRI. Rekomendasi lainnya adalah saham telekomunikasi seperti PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan saham consumer goods PT Mayora Indah Tbk (MYOR).
Baca Juga: Saham-Saham Ini Diproyeksi Jadi Penggerak IHSG Sepanjang 2024
Sedangkan William melirik PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP), PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) dan PT Astra International Tbk (ASII) sebagai saham yang layak koleksi. Ratih menyodorkan trading plan berdasarkan analisa teknikal.
Ratih menyematkan rekomendasi buy untuk saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR). Target harga berada di resistance masing-masing pada level Rp 630, Rp 456, dan Rp 1.530 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News