kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.274   -179,00   -1,11%
  • IDX 6.961   -146,76   -2,06%
  • KOMPAS100 1.039   -24,66   -2,32%
  • LQ45 816   -17,46   -2,09%
  • ISSI 212   -4,29   -1,98%
  • IDX30 417   -9,60   -2,25%
  • IDXHIDIV20 503   -10,47   -2,04%
  • IDX80 118   -2,80   -2,31%
  • IDXV30 124   -2,62   -2,07%
  • IDXQ30 139   -2,83   -1,99%

BI Tahan Suku Bunga, Begini Pendapat Ciputra Development (CTRA)


Minggu, 27 Agustus 2023 / 15:43 WIB
BI Tahan Suku Bunga, Begini Pendapat Ciputra Development (CTRA)
ILUSTRASI. Ciputra Development (CTRA) merasa diuntungkan kebijakan Bank Indonesia yang menahan suku bunga acuan.


Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR). PT Ciputra Development Tbk (CTRA) merasa diuntungkan dari kebijakan ini.

Direktur Ciputra Development Harun Hajadi mengatakan, sebagai developer, CTRA merasa tertolong karena kebijakan tersebut karena bunga menjadi tidak terlalu tinggi.

“Kami sebagai developer tentu sangat senang bahwa bunga tidak dinaikkan, karena musuh utama real estate itu adalah bunga yang tinggi,” kata Harun kepada Kontan.co.id, Jumat (25/8).

Harun juga mengatakan CTRA tidak merevisi target, karena CTRA juga mengasumsikan sektor perbankan tidak menaikkan suku bunga.

Baca Juga: Terjadi Rotasi Kinerja Saham, Ini Sektor Unggulannya

Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mencermati salah satu dampak dari ditahannya suku bunga acuan karena adanya tekanan peningkatan yield, terutama di AS yang berdampak pada pelemahan nilai tukar Rupiah.

Dengan demikian, memang ada dampak negatif pada saham-saham yang banyak melakukan impor bahan baku atau bahan setengah jadi, misalnya farmasi. Akan tetapi, arah kebijakan jangka panjang The Fed yang cenderung lebih akomodatif diyakini akan kembali mendorong penguatan nilai tukar rupiah.

Terdapat pula sektor-sektor yang diuntungkan, yakni sektor perbankan. Menurut Valdy, kebijakan ini dapat dikategorikan sebagai kebijakan yang akomodatif, yang dapat menguntungkan sektor perbankan.

“Dengan demikian saham-saham rate-sensitive, terutama perbankan cenderung diuntungkan dari kebijakan ini,” kata Valdy kepada Kontan, Jumat (24/8).

Baca Juga: Dibayangi Krisis Evergrande, Begini Proyeksi Kinerja Sektor Properti Indonesia

BI menyatakan bahwa tingkat suku bunga saat ini cukup untuk membawa perekonomian menuju target inflasi, yakni 2%-4%, serta pertumbuhan ekonomi 5% hingga tahun 2024. Suku bunga deposit facility dan lending facility juga dipertahankan pada level 5% dan 6,5%.

Lebih lanjut, prospek saham bank dan rate-sensitive stocks diprediksi masih cukup positif di sisa tahun 2023. BI diyakini tidak akan menaikkan suku bunga acuan hingga akhir 2023, sebab Fed Rate diperkirakan sudah sangat dekat dengan terminal rate.

“Dengan demikian, penyaluran kredit sektor perbankan berpotensi mencatatkan akselerasi di semester II-2023, terutama menjelang periode kampanye di akhir tahun dan siklus peningkatan konsumsi masyarakat jelang akhir tahun,” jelas Valdy.

Di sisi lain, kepercayaan masyarakat untuk mengambil kredit kepemilikan rumah dan kendaraan juga meningkat seiring dengan keyakinan bahwa suku bunga acuan akan cenderung turun di 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×