Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aliran dana asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) masih akan terbatas. Kendati Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga, Indonesia masih belum menarik mata investor asing.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana melihat faktor yang lebih dominan terhadap prospek aliran dana (inflow) asing ke dalam negeri adalah penurunan suku bunga The Fed. Meskipun Bank Indonesia tetap mempertahankan posisi suku bunga acuan di level 6% pada pertemuan 20 - 21 Februari 2024.
Fikri menjelaskan, apabila Bank Sentral Amerika Serikat (AS) semakin lama menahan suku bunga di level tinggi, maka pasar akan terus berhati-hati masuk ke negara berkembang. Ini karena investor asing ingin menghindari risiko jika berinvestasi di luar AS.
Seperti diketahui, The Fed kembali mempertegas bahwa pemangkasan suku bunga tidak akan dilakukan lebih awal yang diekspektasikan mulai bulan Maret 2024. Perkembangan terkini mengindikasikan penurunan baru terjadi mula bulan Juni mendatang.
Baca Juga: Penawaran ORI025 Ditutup, Penjualan di Bawah Target, Hanya Capai Rp 23,98 Triliun
Fikri menyebut, kondisi suku bunga tinggi di Amerika telah memancing keluar dana asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia yang tercatat outflow sekitar Rp 7,05 triliun secara year to date hingga 20 Februari 2024.
Walau demikian, Fikri melihat kekosongan investor asing di pasar surat utang telah ditutupi oleh investor domestik yang dibantu Bank Indonesia, dana pensiun ataupun individu.
“Artinya aliran dana asing yang keluar atau net foreign outflow masih terkendali,” ungkap Fikri saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (21/2).
Menurut Fikri, narasi dari pejabat The Fed dalam FOMC Minutes malam ini bakal menjadi kunci terkait prospek asing di pasar obligasi tanah air. Kalau ada isyarat suku bunga mulai dipangkas, maka positif bagi emerging market seperti Indonesia.
Sebaliknya, jika pemangkasan suku bunga benar diundur ke bulan Juni, maka aliran dana asing ke Indonesia diperkirakan baru mulai menggeliat pada akhir kuartal II-2024.
Di sisi lain, Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Divion Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi memandang bahwa ketidakpastian hasil Pemilu menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan investor.
Baca Juga: Belum Capai Target, Penjualan ORI025 Lambat Dipengaruhi Faktor Pemilu
Terlepas dari, tren aliran modal asing menunjukkan preferensi lebih kuat terhadap saham daripada surat utang pada awal tahun ini.
Oleh karena itu, Reza memproyeksi, potensi aliran dana asing ke pasar surat utang setelah lebih jelasnya pilpres kemungkinan satu putaran. Selain itu, Bank Indonesia yang menahan suku bunga mengikuti The Fed hingga Juni 2024 juga mempengaruhi prospek aliran dana asing.
“Investor asing akan memperhatikan kondisi fundamental dan kepastian kontestasi pemilu,” imbuh Reza kepada Kontan.co.id, Rabu (21/2).
Dalam situasi ini, Reza menilai, surat utang korporasi menjadi alternatif menarik karena menerbitkannya relatif lebih murah daripada mengambil pinjaman bank. Beberapa sektor yang menarik bagi investor asing adalah sektor bank dan telekomunikasi.
Namun, perlu dicatat bahwa spread antara suku bunga acuan BI dan The Fed semakin tipis, dan investor akan mempertimbangkan peringkat kredit negara sebagai faktor penting dalam memilih tujuan investasi.
“Dengan demikian, investor mungkin akan mengalihkan perhatian ke surat utang korporasi dengan tenor pendek maupun menengah sebagai bagian dari diversifikasi pendanaan,” tutur Reza.
Reza menambahkan, tantangan ke depan dari sisi eksternal masih menjadi perhatian pengambil kebijakan moneter. Isu resesi di negara maju, seperti Jepang dan Inggris, akan mempengaruhi aliran modal asing, terutama di pasar surat utang.
Rupiah juga terpantau melemah sekitar 2% terhadap dolar AS dalam enam bulan terakhir. Ini yang dipandang melatarbelakangi BI dalam mempertahankan suku bunga untuk menstabilkan posisi rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News