Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengerek naik suku bunga acuan sebanyak 25 basis points (bps) menjadi 6,00% pada rapat dewan gubernur BI pada Kamis (19/10).
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, kenaikan suku bunga tersebut berdampak bagi sektor properti, konstruksi, dan teknologi.
"Sektor properti dan konstruksi serta teknologi akan berdampak negatif dan emiten-emiten yang memiliki utang yang cukup tinggi," kata Herditya kepada Kontan.co.id, Jumat (20/10).
Alhasil Herditya merekomendasikan agar pasar wait and see terlebih dahulu. Karena mayoritas dari sisi teknikal, emiten-emiten yang terdampak negatif belum memiliki tanda-tanda pembalikan arah.
Baca Juga: Simak Proyeksi dan Rekomendasi Saham Untuk Perdagangan Esok, Senin (23/10)
Kebijakan ini diputuskan untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari dampak meningkat tingginya ketidakpastian global serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi dampakya terhadap inflasi barang impor.
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina mengatakan, sektor otomotif juga turut terdampak. Karena salah satu penjualan emiten otomotif menggunakan skema kredit.
Namun, kebijakan BI bukan jadi satu-satunya katalis melemahnya sektor otomotif. Martha menyampaikan, sektor otomotif biasanya memang mengalami penurunan di kuartal III dibandingkan di kuartal II.
"Sektor yang terkena imbas salah satunya sektor otomotif, karena sektor otomotif biasanya turun di kuartal III, karena high base di kuartal II," kata Martha kepada Kontan.co.id, Jumat (20/10).
Baca Juga: Mengupas Dampak Pilpres: Arah IHSG, Rekomendasi & Analisa Saham Milik Tokoh Politik
Martha juga sepakat, bahwa sektor properti dan perbankan mengalami imbas kenaikan suku bunga. "Prospeknya untuk jangka pendek akan tertekan, namun tengah menunggu rilis kinerja kuartal III-2023. Kalau hasilnya bagus, penurunan ini sifatnya sementara saja," tutur dia.
Adapun langkah yang emiten harus lakukan menurut Martha yaitu efisiensi, sehingga profitabilitas bisa tetap terjaga. Untuk strategi investasi, dia menyarankan untuk menunggu harga koreksi.
Martha merekomendasikan untuk buy on weakness pada saham-saham sektor properti, perbankan, dan otomotif. Lalu, saham-saham yang layak dikoleksi menurut Martha PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Astra International Tbk (ASII).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News