Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 6,00% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 20-21 Februari 2024. Keputusan ini dianggap sudah tepat melihat kondisi pasar keuangan terkini.
Ekonom Senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, Ryan Kiryanto, mengatakan keputusan BI menahan suku bunga acuan atau BI Rate merupakan langkah yang tepat dan sudah diperkirakan demikian.
Ini merupakan sebuah keputusan yang preemptive sekaligus antisipatif terutama untuk memperkuat stance BI yang pro stability guna mengendalikan ekspektasi inflasi ke depan dan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah utamanya terhadap dolar AS.
Baca Juga: IHSG Tergelincir Saat Bank Sentral Tahan Suku Bunga, Berikut Saham Pilihan Analis
Ryan menyoroti bahwa secara umum memang situasi dan kondisi saat ini belum mendukung untuk penurunan BI Rate. Sebab, situasi eksternal masih memanas seperti tensi geopolitik meningkat di Jalur Gaza dan Laut Merah yang berpotensi mengganggu distribusi minyak dunia, sehingga memicu harga minyak dunia naik dan bisa tembus US$ 90 per barel.
“Kondisi tersebut bisa mendorong kenaikan inflasi global, yang pada gilirannya akan menggoda bank-bank sentral negara maju cenderung menahan suku bunga acuan,” ungkap Ryan dalam keterangan yang dibagikan, Rabu (21/2).
Apalagi, Ryan menambahkan, di pasar uang domestik terpantau pergerakan volatilitas rupiah terhadap dolar AS masih cukup tinggi. Situasi dalam negeri juga mendekati puasa ramadan yang biasanya inflasi bulanan naik karena meningkatnya permintaan konsumsi masyarakat, terutama kelompok bahan pangan/sembako dan transportasi ataupun telekomunikasi.
Baca Juga: Bank Indonesia Menaikkan Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin Jadi 6%
“Situasi politik dalam negeri yang agak menghangat akhir-akhir inj juga perlu dipertimbangkan dengan baik, sehingga menahan BI Rate tetap 6% adalah tepat dan rasional,” kata Ryan.
Yang jelas, Ryan menilai pilihan prioritas kebijakan moneter BI untuk tetap pro stability sudah sesuai jalur untuk jangka pendek ke depan ini, seraya Bank Indonesia juga tetap mempertahankan kebijakan makroprudensial yang pro growth.
Sehingga, stance kebijakan yang stability over growth terlihat nyata untuk dipedomani seluruh pelaku ekonomi, keuangan, bisnis dan investasi.
“Setidaknya sektor perbankan masih akan status quo dalam bersikap terkait penetapan suku bunga (simpanan dan kredit),” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News