kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Volume penjualan alat berat akan membaik di semester II, ini rekomendasi saham UNTR


Selasa, 13 Juli 2021 / 18:59 WIB
Volume penjualan alat berat akan membaik di semester II, ini rekomendasi saham UNTR
ILUSTRASI. Harga batubara membara serta normalisasi pasokan untuk alat berat akan mendukung United Tractors (UNTR).


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan alat berat milik PT United Tractors Tbk (UNTR) tercatat sedikit tertekan dalam dua bulan terakhir. Walau begitu, dengan masih tingginya harga batubara serta pulihnya permintaan, kinerja penjualan alat berat UNTR akan membaik pada sisa tahun ini.

Adapun, volume penjualan alat berat Komatsu tercatat hanya sebanyak 167 unit pada Mei. Jumlah tersebut turun dari penjualan April yang sebanyak 221 unit atau turun 24,2% secara bulanan. Menurut analis BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya pada 29 Juni, turunnya volume penjualan seiring dengan adanya libur lebaran dan keterbatasan pasokan alat berat dari prinsipal. 

Penurunan ini juga melanjutkan catatan negatif sebelumnya di mana penjualan alat berat pada April juga turun 18,75% dibandingkan penjualan Maret yang mencapai 272 unit. Namun, jika penjualan alat berat diakumulasikan dalam lima bulan pertama di tahun ini, UNTR telah menjual 1.076 unit.

Jumlah ini naik 38,5% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. “Capaian yang lebih baik ini tidak terlepas dari harga batubara yang solid sehingga mendorong penjualan yang kuat ke sektor pertambangan dengan naik 73,4% yoy. Serta penjualan yang lebih baik ke sektor konstruksi tercermin dari kenaikan 38,9% yoy,” tulis Stefanus.

Baca Juga: Pemegang saham suntik Rp 1,5 triliun, modal bersih Acset Indonusa (ACST) akan positif

Sementara dari sektor batubara, produksi UNTR hingga Mei kemarin cenderung datar, yakni sebanyak 46,6 juta ton dengan rasio pengupasan yang lebih rendah yakni 7,1x (5M20: 7,6x). Namun, volume penjualan batubara UNTR justru berhasil naik sebesar 8,4% secara yoy menjadi 5,5 juta ton pada periode yang sama.

Tercatat, kontribusi batubara kokas mengalami kenaikan, yakni sebesar 23,5%, berbanding 15,4% pada lima bulan pertama tahun lalu. Lalu, dari penjualan volume emas tercatat mengalami penurunan 3,6% secara yoy menjadi 148.000 oz sepanjang lima bulan pertama di tahun ini. 

Stefanus menyebut, angka-angka tersebut sejauh ini masih sesuai dengan ekspektasi BRI Danareksa Sekuritas. Apalagi paruh kedua tahun ini masih akan jadi periode yang baik untuk UNTR. 

Baca Juga: Harga batubara masih solid, ini saham-saham emiten tambang jagoan analis

Dia juga memperkirakan, memasuki Juni, penjualan alat berat UNTR akan mulai kembali normal dan meningkat. Apalagi, harga batubara yang masih membara serta normalisasi pasokan untuk alat berat di paruh kedua akan mendukung kenaikan penjualan alat berat. Ia optimistis asumsi BRI Danareksa untuk penjualan Komatsu sepanjang tahun ini sebanyak 2.500 unit masih bisa tercapai.

Senada, analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno juga meyakini target UNTR bisa menjual 2.500-2.600 unit Komatsu pada tahun ini merupakan target yang realistis. Pasalnya, UNTR hanya perlu menjual sekitar 210-an unit per bulannya agar target tersebut bisa tercapai. Apalagi, UNTR pada paruh kedua tahun ini juga berencana meluncurkan produk alat berat baru.

“Kenaikan harga batubara yang masih akan terjaga juga akan turut menjadi katalis positif. Belum lagi, dengan potensi pemulihan ekonomi pada semester kedua ini juga akan mendorong peningkatan terhadap alat berat milik UNTR,” kata Sukarno kepada Kontan.co.di, Selasa (13/7). 

Belakangan ini tersiar kabar bahwa UNTR cukup terbuka untuk setiap peluang mengakuisisi tambang tembaga. Head of Indonesia Research & Strategy JP Morgan Sekuritas Henry Wibowo dalam risetnya pada 31 Mei menuliskan, jika UNTR ke depan melakukan akuisisi maka akan membantu memecahkan kekhawatiran yang berkembang baru-baru ini soal environmental, social, and governance (ESG).

Baca Juga: Harga batubara masih membara, analis rekomendasikan saham-saham emiten tambang ini

Adapun, saat ini lebih dari 50% pendapatan UNTR berasal dari bisnis batubara. Dengan kontribusi batubara yang terlalu besar, maka UNTR dinilai tidak memenuhi kriteria perusahaan yang menerapkan ESG. Hal ini membuat banyak investor institusional, terutama yang berbasis di Uni Eropa atau Inggris, tidak lagi diizinkan untuk berinvestasi di UNTR, karena kekhawatiran ESG tersebut

UNTR sendiri saat ini memiliki tambang emas Martabe yang kurang lebih memiliki kontribusi 35% terhadap pendapatan UNTR. “Sehingga dengan mengakuisisi tambang emas atau tembaga lain yang cukup besar, kami yakin UNTR dapat mencapai lebih dari 50% pendapatan dari aset non-batubara. Dengan demikian, UNTR bisa mendapat kelayakan ESG yang pada akhirnya bisa meningkatkan valuasi perusahaan,” tulis Henry dalam risetnya. 

Baca Juga: United Tractors (UNTR) mengejar penjualan alat berat 2.600 unit tahun ini

Lebih lanjut, Stefanus melihat kinerja UNTR juga akan ditopang oleh bauran produk sebesar 16% untuk mesin berukuran besar, lalu pemberian diskon yang lebih rendah di bisnis kontraktor pertambangan, serta volume penjualan emas yang lebih baik disertai kebijakan lindung nilai (hedging) yang lebih rendah.

Oleh karena itu, Stefanus meyakini UNTR bisa membukukan kinerja yang lebih baik pada tahun ini. Ia memproyeksikan pendapatan UNTR di tahun ini bisa mencapai Rp 71,27 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 8,80 triliun.

BRI Danareksa Sekuritas pun mempertahankan rekomendasi beli saham UNTR dengan target harga yang tidak berubah, yakni sebesar Rp 30.000 per saham. Henri memasang target harga Rp 29.000 dengan rekomendasi overweight.

Baca Juga: Ini rekomendasi saham United Tractors (UNTR) yang bakal ditopang batubara dan emas

Sementara Sukarno melihat, dalam jangka pendek, saham UNTR belum menarik untuk dikoleksi dikoleksi karena masih dalam tren penurunan. “Secara teknikal belum ada sinyal pembalikan arah menjadi tren naik kembali. Jadi wait and see terlebih dahulu saja untuk saat ini,” tutup Sukarno.

Saham UNTR pada perdagangan Selasa (13/7) ditutup melemah 2,31% ke Rp 19.025 per saham

Baca Juga: United Tractors (UNTR) Melirik Tambang Tembaga?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×