kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.946.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.421   -121,00   -0,73%
  • IDX 7.465   -73,12   -0,97%
  • KOMPAS100 1.049   -9,76   -0,92%
  • LQ45 788   -9,08   -1,14%
  • ISSI 253   -2,74   -1,07%
  • IDX30 412   -0,51   -0,12%
  • IDXHIDIV20 470   2,87   0,61%
  • IDX80 118   -1,14   -0,95%
  • IDXV30 123   0,72   0,59%
  • IDXQ30 131   0,68   0,52%

Sejumlah Emiten Nikel Catat Kinerja Positif, Simak Rekomendasinya dari Analis


Selasa, 05 Agustus 2025 / 05:25 WIB
Sejumlah Emiten Nikel Catat Kinerja Positif, Simak Rekomendasinya dari Analis
ILUSTRASI. Sejumlah emiten produsen nikel telah merilis laporan keuangan semester I-2025 dengan hasil yang positif. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/04/08/2025


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten produsen nikel telah merilis laporan keuangan semester I-2025 dengan hasil yang positif, meski harga komoditas tersebut sedang mengalami tren pelemahan dalam beberapa waktu terakhir.

Salah satunya adalah PT PAM Mineral Tbk (NICL) yang membukukan kenaikan penjualan mencapai 152,07% year on year (YoY) menjadi Rp 1,05 triliun pada semester I-2025. Laba bersih emiten ini juga meroket 386,51% YoY menjadi Rp 358,07 miliar.

Hasil positif ini ditopang oleh peningkatan volume penjualan nikel sebesar 166,46% YoY menjadi 1.885.433 metrik ton pada akhir semester I-2025.

Selain itu, PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) juga meraih kenaikan pendapatan hingga 115,3% YoY menjadi Rp 950,7 miliar pada semester I-2025. Bersamaan dengan itu, laba bersih DKFT tumbuh 38,2% YoY menjadi Rp 310,3 miliar.

Baca Juga: IHSG Melemah di Tengah Sederet Sentimen Global, Cek Rekomendasi Analis, Selasa (5/8)

Setali tiga uang, kinerja keuangan positif ini dipengaruhi oleh volume penjualan bijih nikel DKFT yang melesat 158,9% YoY menjadi 1,8 juta metrik ton pada akhir semester I-2025. Begitu pula dengan produksi bijih nikel DKFT yang naik drastis 140,3% YoY  menjadi 1,7 juta metrik ton.

Emiten nikel lainnya, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel turut meraih kenaikan pendapatan 10,16% YoY menjadi Rp 14,10 triliun, sedangkan laba bersihnya tumbuh 18,77% YoY menjadi Rp 4,05 triliun.

Dari sisi operasional, total penjualan bijih nikel NCKL mencapai 12,36 juta wet metric ton (wmt) pada semester I-2025 atau tumbuh 48% YoY secara tahunan. Di segmen hilir, smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) NCKL mencatat penjualan sebesar 84.817 ton kandungan nikel, sedangkan smelter High Pressure Acid Lead (HPAL) perusahaan mencatat penjualan MHP dan NiSO sebesar 65.310 ton.

Di sisi lain, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengalami penurunan pendapatan 10,86% YoY menjadi US$ 426,74 juta pada semester I-2025. Laba bersih INCO juga tergerus 32,29% YoY menjadi US$ 25,25 juta.

Baca Juga: IHSG melemah 0,97% ke 7.464 pada Senin (4/8/2025), AMMN, BRPT, PGEO Top Losers LQ45

Kendati begitu, INCO mampu membukukan kenaikan produksi nikel dalam matte sebesar 2% YoY menjadi 35.584 ton pada semester I-2025. INCO juga mencatat peningkatan pengiriman nikel secara kuartalan dari 17.096 ton pada kuartal I-2025 menjadi 18.023 ton pada kuartal II-2025.

Manajemen INCO tetap optimistis dengan prospek bisnis perusahaan pada semester II-2025. Optimisme ini mencuat seiring diperolehnya persetujuan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) untuk 2,2 juta ton bijih saprofit dari Blok Bahodopi serta peningkatan harga baru yang cukup signifikan dengan pelanggan untuk produk nikel matte.

“Dengan persetujuan RKAB dan penguatan komersial, kami memproyeksikan baseline keuangan dan operasional yang lebih kuat pada semester kedua,” kata Direktur dan Chief Financial Officer Vale Indonesia Rizky Putra dalam keterbukaan informasi, Kamis (31/7).

INCO pun menargetkan produksi nikel dalam matte sebesar 71.000 ton pada 2025, sejalan dengan strategi operasional dan komersial yang diperkuat melalui koordinasi lintas proyek di Sorowako, Bahodopi, dan Pomalaa.

Sementara itu, walau belum merilis laporan keuangan, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) berhasil memproduksi bijih nikel sebanyak 9,10 juta wmt atau naik 117% YoY pada akhir semester I-2025. Pada periode yang sama, penjualan bijih nikel ANTM juga melesat 144% YoY menjadi 8,20 juta wmt.

Analis Korean Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi mengatakan, mayoritas emiten nikel yang punya kinerja keuangan mentereng bahkan hingga pertumbuhan triple digit sangat terbantu oleh lonjakan volume produksi atau penjualan bijih nikel sepanjang paruh pertama 2025. 

Baca Juga: IHSG Turun 0,33% ke 7.512,9 di Sesi I Senin (4/8), Top Losers LQ45: AMMN, MAPI, MEDC

Kenaikan volume penjualan ini terbukti mampu mengompensasi harga nikel yang cenderung melemah pada 2025. Mengutip Trading Economics, harga nikel berada di level US$ 15.037 per ton pada Senin (4/8) atau turun 1,72% year to date (ytd) sejak awal tahun.

“Peningkatan volume penjualan bijih nikel kemungkinan disebabkan oleh optimalisasi di sektor hilir, terutama di industri smelter,” ujar dia, Senin (4/8).

Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan menambahkan, peluang bagi emiten nikel untuk kembali meraih kinerja positif masih cukup terbuka pada semester II-2025. Selain didukung oleh target produksi yang meningkat dari masing-masing emiten, tekanan harga nikel global diperkirakan mulai berkurang seiring adanya potensi pembatasan pasokan di dalam negeri.

“Permintaan dari sektor stainless steel global juga mulai pulih,” imbuh dia, Senin (4/8).

Menurut Ekky, emiten nikel yang berpeluang unggul pada sisa tahun ini adalah mereka yang mampu menjaga volume produksi dan penjualan tinggi namun dengan struktur biaya efisien. NCKL terlihat unggul karena adanya margin penjualan ekspor dan pipeline hilirisasi yang kuat. Emiten lain seperti NICL dan DKFT juga mencatat perbaikan profitabilitas yang signifikan, sehingga menunjukkan tingkat efisiensi yang mumpuni. 

Baca Juga: IHSG Melemah di Awal Agustus Senin (4/8), Bursa Asia Tertekan Sentimen AS

Di lain pihak, ANTM tetap menjadi tolok ukur utama bagi sektor nikel di Indonesia. Adapun INCO cenderung lebih sensitif terhadap fluktuasi harga komoditas, sehingga pemulihan kinerjanya sangat bergantung pada perbaikan harga nikel di pasar global.

Lantas, Ekky melihat bahwa NCKL dan ANTM layak dikoleksi oleh investor sebagai core holding di sektor nikel. Sementara itu, saham DKFT cocok untuk strategi momentum atau swing trading, sedangkan saham INCO bersifat spekulatif dengan berbasis sentimen harga nikel.

Saham NCKL berpotensi melanjutkan penguatan ke target harga berikutnya di kisaran Rp 1.080—1.100 per saham. Saham ANTM saat ini sedang tertekan, namun jika bisa berbalik arah, maka ada potensi kembali ke atas level Rp 3.000 dengan target harga Rp 3.800—4.000 per saham secara jangka panjang. Adapun saham INCO berpotensi kembali ke level Rp 4.300—4.400 per saham dalam jangka menengah.

Wafi berpendapat, NCKL berpotensi menjadi emiten nikel dengan kinerja paling unggul karena adanya integrasi bisnis yang solid dari hulu ke hilir, diversifikasi produk nikel, dan efisiensi operasional. Saham NCKL layak dicermati investor dengan target harga di level Rp 1.300 per saham.

Selanjutnya: Harga Emas Naik 3 Hari Beruntun, Didorong Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Menarik Dibaca: Yuk Lihat Jadwal KRL Solo Jogja pada Selasa 5 Agustus 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×