kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.932   28,00   0,18%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Tengok proyeksi pengaruh sentimen hasil pemilu AS ke emas dan pasar obligasi


Senin, 02 November 2020 / 07:45 WIB
Tengok proyeksi pengaruh sentimen hasil pemilu AS ke emas dan pasar obligasi


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil pemilu Amerika Serikat (AS) jadi penentu arah pergerakan harga berbagai instrumen investasi. Seperti apa proyeksi pengaruh sentimen tersebut pada pergerakan emas dan pasar obligasi?

Sebelumnya, kedua instrumen tersebut menjadi instrumen investasi dengan kinerja paling unggul. Berdasarkan data yang dihimpun Kontan hingga Oktober harga emas spot naik 23% secara year to date (ytd). Sementara, emas logam mulia Antam naik 15% ytd.

Menyusul, kinerja aset obligasi yang tercermin dalam Indobex Government Total Return memberikan imbal hasil 10% ytd dan Indobex Corporate Total Return memberikan imbal hasil 8% ytd.

Baca Juga: Pemilu AS mewarnai pergerakan IHSG awal November

Direktur IndoSterling AM Fitzgerald Stevan Purba mengatakan kenaikan harga emas yang unggul berkaitan erat dengan kondisi ketidakpastian akibat pandemi Covid-19.

Di tengah kondisi ini, investor cenderung memilih emas daripada instrumen investasi lainnya yang memiliki risiko lebih tinggi saat ketidakpastian masih akan terus berlangsung.

Apalagi, ketidakpastian ekonomi juga datang dari hasil pemilu Amerika Serikat (AS). Stevan melihat kemenangan Trump akan menimbulkan ketidakpastian.

"Kebijakan pemulihan ekonomi Trump berpotensi bawa ketidakpastian mengingat kubu Republikan pengusung Trump tidak memiliki jumlah mayoritas di pemerintahan selanjutnya," kata Stevan.

Sebaliknya, kemenangan Joe Biden membuat investor bisa kembali berharap pada normalitas politik dan birokrasi pemerintahan AS.

Pelaku pasar juga memandang Biden lebih mudah menetapkan stimulus karena didukung kubu Demokrat yang memiliki posisi mayoritas di pemerintahan.

"Sentimen kemenangan Biden dipandang sangat favorable bagi invetsor dalam jangka pendek maupun menengah," kata Stevan.

Sementara, Susanto Chandra, Chief Investment Officer Kisi Asset Management mengatakan investor perlu mencermati perkembangan hasil pemilu AS terhadap pasar obligasi.

Baca Juga: Turun tipis sepanjang Oktober, harga emas punya peluang naik lagi

Stevan memperkirakan jika Biden menang maka yield US Treasury naik. Dampaknya, hal tersebut menjadi sentimen negatif bagi pasar obligasi beberapa negara Asia.

Sedangkan, perkembangan persetujuan stimulus AS juga patut dicermati. Siapa pun presidennya jika stimulus cair maka pasar obligasi akan menerima sentimen positif.

Sementara, di pasar mata uang, pairing USD/IDR memberikan imbal hasil 5% ytd. Susanto mengatakan sentimen yang menggerakkan mata uang sama, yaitu perkembangan pandemi dan vaksin.

Bila vaksin ditemukan lebih cepat dari ekspektasi maka aliran foregin direct investment akan mulai masuk ke Indonesia. Dengan begitu rupiah bisa menguat.

Namun, bila penanganan virus dan vaksin lebih lama dari ekspektasi pasar maka rupiah berpotensi melemah kembali. Dalam Sebulan terakhir rupiah tercatat melemah 2% terhadap dollar AS.

Stevan menambahkan selama cadangan devisa negara dipertahankan di level US$ 135 miliar seperti di September 2020, maka pergerakan rupiah akan lebih stabil dari pada tahun-tahun sebelumnya.

"Bila keadaan kembali normal, rupiah berpeluang untuk berangsur-angsur menguat, walaupun masih akan dijaga BI," kata Stevan.

Selanjutnya: Menguat 5,30% sepanjang Oktober, begini prospek IHSG pada November 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×