Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto
Baca Juga: Turun tipis sepanjang Oktober, harga emas punya peluang naik lagi
Stevan memperkirakan jika Biden menang maka yield US Treasury naik. Dampaknya, hal tersebut menjadi sentimen negatif bagi pasar obligasi beberapa negara Asia.
Sedangkan, perkembangan persetujuan stimulus AS juga patut dicermati. Siapa pun presidennya jika stimulus cair maka pasar obligasi akan menerima sentimen positif.
Sementara, di pasar mata uang, pairing USD/IDR memberikan imbal hasil 5% ytd. Susanto mengatakan sentimen yang menggerakkan mata uang sama, yaitu perkembangan pandemi dan vaksin.
Bila vaksin ditemukan lebih cepat dari ekspektasi maka aliran foregin direct investment akan mulai masuk ke Indonesia. Dengan begitu rupiah bisa menguat.
Namun, bila penanganan virus dan vaksin lebih lama dari ekspektasi pasar maka rupiah berpotensi melemah kembali. Dalam Sebulan terakhir rupiah tercatat melemah 2% terhadap dollar AS.
Stevan menambahkan selama cadangan devisa negara dipertahankan di level US$ 135 miliar seperti di September 2020, maka pergerakan rupiah akan lebih stabil dari pada tahun-tahun sebelumnya.
"Bila keadaan kembali normal, rupiah berpeluang untuk berangsur-angsur menguat, walaupun masih akan dijaga BI," kata Stevan.
Selanjutnya: Menguat 5,30% sepanjang Oktober, begini prospek IHSG pada November 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News