kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Pemilu AS mewarnai pergerakan IHSG awal November


Minggu, 01 November 2020 / 18:36 WIB
Pemilu AS mewarnai pergerakan IHSG awal November
ILUSTRASI. Karyawan mengamati layar monitor perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta./pho KONTAN/Carolus Agus waluyo.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi cenderung tertekan di awal perdagangan bulan November. Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengungkapkan, IHSG akan berpeluang melemah dengan level support 5.095 hingga 5.000 dan level resistance di 5.182 hingga 5.200. 

Salah satu sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG awal pekan ini adalah ketidakpastian pemilihan umum (pemilu) presiden Amerika Serikat (AS) yang akan digelar 3 November 2020. 

Mengutip riset yang diterima Kontan.co.id, Minggu (1/11), hasil survei Reuters menunjukkan suara untuk kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden berada di atas Presiden Donald Trump secara nasional, hingga 10%. 

Walau begitu, Trump tetap berpeluang menang sebab masih ada persaingan suara di sejumlah negara bagian. Persaingan ini yang akan menentukan hasil akhir. 

Baca Juga: Analis: IHSG cenderung tertekan di awal November

Berkaca dari pengalaman empat tahun lalu, jajak pendapat serupa juga tidak memprediksi kemenangan Donald Trump. Akan tetapi hasil pemilu AS berkata lain, Donald Trump terpilih menjadi presiden mengalahkan Hillary Clinton yang lebih didambakan. 

Oleh karenanya, pemilu ini berpotensi terjadi sengketa. Diprediksi, akan ada potensi pertarungan hukum antara Partai Republik dan Partai Demokrat mengenai cara menghitung suara. Hal ini meningkatkan risiko perdebatan akan hasil pemilu sehingga pasar akan terdampak negatif. 

Menurut Hans Kwee, potensi sengketa pemilu ini akan menjadi sentimen negatif yang lebih berdampak dalam dibandingkan kemenangan kembali Donald Trump. 

"Karena menjadi tidak ada kepastian politik dan stimulus," jelas Hans Kwee kepada Kontan.co.id, Minggu (1/11).

Sementara itu, jika pemilu berjalan lancar dan Donald Trump terpilih, pasar Amerika Serikat tidak akan mengalami banyak tekanan. 

Berkaca dari pemilu AS sebelumnya, bursa AS masih mampu rally di tengah kemenangan Donald Trump yang tidak diharapkan.

Kendati pasar AS cenderung stabil, pasar global diprediksi akan bergejolak walau tidak signifikan. Sebab, terpilihnya Donald Trump berarti perang dagang masih berjalan. Ia pun memprediksi IHSG akan bergerak di kisaran level 5.100 jika Donald Trump kembali menang. 

Di sisi lain, jika pemilu AS berjalan lancar dan Joe Biden terpilih  itu akan menjadi sentimen positif bagi IHSG. Sebab, Joe Biden yang memiliki pandagan menambah stimulus dan menaikan pajak. Penambahan stimulus berpotensi melemahkan US dolar terhadap rupiah. 

Sementara kenaikan pajak akan berdampak negatif terhadap pasar Amerika. Sehingga, dana akan cenderung bergerak ke emerging market seperti Indonesia. Ia pun memprediksi IHSG akan bergerak ke level 5.300 jika Joe Biden terpilih. 

Akan tetapi, Hans Kwee menekankan, sentimen negatif lain yang lebih berdampak terhadap IHSG pekan depan adalah kenaikan kasus Covid-19 di beberapa negara yang semakin mengkhawatirkan. 

Asal tahu saja, peningkatan kasus telah mendorong Jerman dan Prancis mengumumkan pembatasan di sektor bisnis. Prancis mengharuskan warga tinggal di rumah mulai Jumat. Sementara Jerman akan menutup bar, restoran, dan teater mulai 2 November hingga akhir bulan. 

Di sisi lain, pemerintah Inggris di bawah tekanan untuk memperketat pembatasan dengan adanya kenaikan kasus selama sembilan hari terakhir. Kenaikan kasus Covid-19 yang diikuti langkah lockdown akan sangat memperlambat pemulihan ekonomi dan berpotensi mendorong pasar keuangan terkoreksi. Hal ini tercermin pasar Amerika dan Eropa rata-rata tertekan turun dalam sepekan.

Baca Juga: IHSG Senin (2/11) berpotensi terkoreksi, cermati sentimennya berikut

Pertumbuhan kasus Covid-19 yang memperberat pasar dunia akan menekan pasar domestik. Apalagi, bursa saham Indonesia baru saja selesai dari libur panjang. Sehingga, IHSG di awal November berpeluang melakukan penyesuaian terhadap pergerakan pasar di luar negeri yang cenderung terkoreksi. 

Di sisi lain, pelaku pasar masih menanti pengumuman pertumbuhan ekonomi kuartal ke III dan lanjutan laba perusahaan.

Melihat kondisi saat ini, Hans Kwee menyarankan investor untuk wait and see terlebih dahulu hingga hasil pemilu AS muncul. 

"Cenderung wait and see. Saat ini pasar kita juga agak mahal. Indeks terkoreksi sekitar 5.000-an baru masuk," imbuhnya. 

Ia pun melihat ke depan ada beberapa sektor yang menarik dicermati seperti sektor properti, pertambangan, dan  perbankan.

Selanjutnya: Penurunan bursa global akan menekan IHSG di pekan depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×