kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.923.000   8.000   0,42%
  • USD/IDR 16.415   18,00   0,11%
  • IDX 7.169   26,84   0,38%
  • KOMPAS100 1.045   4,61   0,44%
  • LQ45 815   2,73   0,34%
  • ISSI 225   1,03   0,46%
  • IDX30 426   1,88   0,44%
  • IDXHIDIV20 505   1,64   0,32%
  • IDX80 118   0,41   0,35%
  • IDXV30 119   0,37   0,31%
  • IDXQ30 139   0,15   0,11%

Wall Street Anjlok karena Kekhawatiran Meningkat atas Utang Pemerintah AS


Kamis, 22 Mei 2025 / 04:53 WIB
Wall Street Anjlok karena Kekhawatiran Meningkat atas Utang Pemerintah AS
ILUSTRASI. Seorang pedagang bekerja di lantai New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, AS, 19 Mei 2025.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, ditutup melemah tajam pada Rabu (21/5) seiring lonjakan imbal hasil Treasury.

Hal itu dipicu kekhawatiran bahwa utang pemerintah AS akan meningkat triliunan dolar apabila Kongres meloloskan rancangan undang-undang pemotongan pajak yang diusulkan Presiden As Donald Trump.

Pada perdagangan Rabu, Indeks Dow Jones Industrial Average turun 816,80 poin atau 1,91% menjadi 41.860,44. S&P 500 melemah 95,85 poin atau 1,61% ke posisi 5.844,61. Nasdaq Composite turun 270,07 poin atau 1,41% ke 18.872,64.

Selain itu, Ketiga indeks utama di Wall Street juga mencatatkan penurunan harian terbesar dalam sebulan terakhir. Saham-saham berkapitalisasi kecil juga mengalami tekanan signifikan, dengan indeks Russell 2000 mencatatkan pelemahan harian tertajam sejak 10 April.

Baca Juga: Wall Street Anjlok Imbas Kekhawatiran Tarif, Bank Besar Memulai Rilis Laporan Kinerja

Kenaikan imbal hasil obligasi jangka panjang terjadi setelah Departemen Keuangan AS melelang obligasi 20 tahun senilai US$ 16 miliar, namun permintaan investor terhadap obligasi tersebut tergolong lemah. 

Imbal hasil obligasi acuan 10 tahun naik 10,8 basis poin menjadi 4,589%, dan sempat menyentuh level tertinggi sejak pertengahan Februari.

Sementara itu, sebuah komite Kongres mengadakan sidang yang tidak biasa, ketika anggota DPR dari Partai Republik berupaya mengatasi perpecahan internal mengenai usulan pemotongan anggaran, termasuk untuk program kesehatan Medicaid.

Analis nonpartisan memperkirakan bahwa RUU Partai Republik dapat menambah utang pemerintah federal sebesar US$ 3 triliun hingga US$ 5 triliun, yang saat ini telah mencapai US$ 36,2 triliun.

“Ada sejumlah berita utama, yang semuanya memiliki konsekuensi jika benar-benar terjadi,” ujar Michael Farr, CEO firma penasihat investasi Farr, Miller & Washington di Washington. 

Baca Juga: Wall Street Anjlok Dipicu Kekhawatiran Tarif Trump, S&P 500 Mendekati Wilayah Bearish

“Banyak dari hal-hal ini merupakan ancaman yang memudar dengan cepat dan pasar mencoba mencerna apa yang penting atau apa yang material atau apa yang mungkin merupakan gertakan negosiasi atas nama pemerintahan,” ujarnya.

Sebanyak 10 dari 11 sektor dalam indeks S&P 500 mencatatkan penurunan, dipimpin sektor real estat, perawatan kesehatan, keuangan, utilitas, barang konsumen diskresioner, dan teknologi. Satu-satunya sektor yang menguat adalah layanan komunikasi.

Saham Alphabet, induk perusahaan Google, naik 2,7%. Sebaliknya, Nvidia turun 1,9%, Apple merosot 2,3%, dan Tesla melemah 2,7%.

Saham UnitedHealth Group turun hampir 6% setelah laporan The Guardian menyebut perusahaan tersebut diam-diam memberikan bonus dalam jumlah ribuan dolar untuk membantu mengurangi pemindahan pasien ke panti jompo. 

HSBC menurunkan peringkat saham UnitedHealth menjadi reduce dari sebelumnya hold.

Saham Wolfspeed anjlok hampir 60% setelah muncul laporan bahwa perusahaan semikonduktor tersebut tengah bersiap mengajukan kebangkrutan dalam beberapa minggu mendatang.

Baca Juga: Wall Street Anjlok, Kenaikan Imbal Hasil Treasury AS Jadi Perhatian Investor

Meskipun demikian, S&P 500 telah naik lebih dari 17% dari posisi terendahnya pada April, saat kebijakan tarif timbal balik Trump mengguncang pasar global.

Morgan Stanley menaikkan peringkat ekuitas AS menjadi "overweight", dengan alasan bahwa ekonomi global masih menunjukkan pertumbuhan, meskipun lambat, di tengah ketidakpastian kebijakan.

Di Bursa Efek New York (NYSE), jumlah saham yang turun melebihi yang naik dengan rasio 5,82 banding 1. Terdapat 188 saham mencatatkan harga tertinggi baru dan 104 saham menyentuh titik terendah baru.

Baca Juga: Wall Street Rebound di Tengah Harapan Pembicaraan Tarif AS

S&P 500 mencatat 15 titik tertinggi baru dalam 52 minggu terakhir, sementara Nasdaq Composite mencatatkan 53 titik tertinggi baru dan 92 titik terendah baru.

Volume perdagangan di bursa saham AS mencapai 19,39 miliar saham, lebih tinggi dibandingkan rata-rata 17,5 miliar saham dalam sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

Selanjutnya: Perpanjang SIM Langsung Jadi, Datangi SIM Keliling Bekasi / Tangsel Hari Ini (22/5)

Menarik Dibaca: Cara Mengobati Asam Urat dengan Cepat, Kenali Gejala Awalnya Berikut ini!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×