Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja rata-rata reksadana pasar uang masih tergolong positif di tengah tren kenaikan suku bunga acuan yang masih berlangsung.
Hingga akhir November, kinerja rata-rata reksadana pasar uang yang tercermin di Infovesta Money Market Fund Index tumbuh 3,79% secara year to date (ytd). Sepanjang tahun ini, reksadana pasar uang menjadi satu-satunya instrumen reksadana yang mencetak kinerja positif.
Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menyampaikan, reksadana pasar uang kembali diuntungkan oleh kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi 6% yang terjadi di bulan lalu.
Pasalnya, sebagian besar produk reksadana pasar uang yang beredar saat ini mengandalkan deposito sebagai aset dasar portofolio. “Kinerja reksadana pasar uang meningkat seiring sejumlah bank mulai menaikkan bunga depositonya,” imbuh dia, hari ini.
Senada, Direktur Bahana TCW Investment Management, Soni Wibowo bilang, saat ini likuiditas perbankan berkurang sehingga memicu peningkatan persaingan antar bank untuk memperebutkan dana pihak ketiga. Untuk itulah bank-bank meningkatkan suku bunga deposito yang kemudian berdampak positif bagi kinerja reksadana pasar uang.
Bahana sendiri memiliki produk reksadana pasar uang yang terbilang mentereng kinerjanya, yaitu Bahana Liquid Priority Fund yang memperoleh imbal hasil 10,21% (ytd) hingga akhir November. Angka tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan produk reksadana pasar uang lainnya di tahun ini.
Untuk saat ini, strategi yang diterapkan Bahana masih berfokus pada penempatan sebagian besar aset dasar di instrumen deposito. “Belum waktunya bagi kami untuk berpindah ke obligasi tenor kurang dari satu tahun,” ujar Soni, Kamis (6/12).
Sementara itu, Prospera Asset Management memilih untuk mengombinasikan instrumen deposito dan obligasi di bawah satu tahun dalam portofolio reksadana pasar uangnya.
Head of Fixed Income Fund Manager Prospera AM, Eric Sutedja mengatakan, porsi deposito diusahakan secukupnya saja. Sebab, pajak deposito tergolong tinggi yakni 20% sehingga return bersih dari instrumen tersebut justru berpotensi lebih rendah ketimbang obligasi yang dikenakan pajak imbal hasil 15%.
“Kami memetakan terlebih dahulu horizon investasi para investor agar pemilihan instrumennya menjadi lebih efektif,” tambah dia.
Hal inilah yang menjadi kunci sukses di balik moncernya kinerja reksadana Prospera Dana Lancar. Per November, kinerja reksadana tersebut tumbuh 6,05% (ytd).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News