Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
"Tapi ada kecurigaan ini permainan harga saat formal policy sudah tak mampu menekan harga. Aksi koboi ini dijalankan untuk keuntungan, bukan hanya politik tapi juga ekonomi," tegasnya.
Hanya saja, secara keseluruhan Wahyu optimistis dampak terbakarnya kilang minyak hanya bersifat sementara. Menurutnya, sentimen fundamental seperti supply dan demand masih menjadi penggerak utama harga minyak.
Sementara itu, belum adanya kejelasan dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk pemangkasan produksi membuat volume produksi minyak dunia terus bertumbuh. Menurutnya, sikap OPEC yang tidak tegas menentukan pemangkasan produksi, dinilai karena tidak ingin kehilangan pangsa pasarnya.
Baca Juga: IHSG diprediksi masih akan melemah pada awal pekan
Apalagi selain dari produksi OPEC, suplai minyak dari AS masih bisa bertambah. Ini didukung prediksi EIA bahwa produksi minyak AS bakan naik sebesar satu juta barel per hari di tahun depan.
Untuk itu, Wahyu menilai hal yang wajar jika harga minyak sulit untuk naik. Secara tidak langsung, baik OPEC maupun AS sama-sama melakukan kompetisi untuk menguasai pasar minyak dunia. Di sisi lain, suplai masih sulit dibendung sedangkan permintaan sulit untuk diangkat.
Baca Juga: Kenaikan harga minyak akibat serangan drone di Arab hanya sementara
Dengan kejadian kilang minyak Aramco, Wahyu merekomendasikan buy on weakness saat harga mendekati level US$ 50 per barel. Untuk sepekan, pergerakan harga minyak diprediksi berada di kisaran US$ 52 per barel hingga US$ 65 per barel, dengan prediksi akhir tahun US$ 55 per barel.
Untuk perdagangan Senin (16/9) harga minyak diperkirakan bergerak pada kisaran support US$ 54,50 per barel, US$ 54 per barel dan US$ 53,50 per barel. Sedangkan untuk level resistance berada di kisaran US$ 58 per barel, US$ 59 per barel dan US$ 60 per barel.
"Harga kemungkinan masih akan naik, direkomendasikan buy temporary di jangka pendek. Tapi tidak direkomendasikan buy di atas US$ 60 per barel, lebih baik antisipasi sell in strength di atas US$ 60 per barel," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News